Part 20

8.8K 517 43
                                    

Telefon genggam itu bergetar. Sekali. Dua kali. Panggilan ketiga tidak datang.

Julius sudah menerka Ken akan mengabaikannya panggilannya. Khususnya ketika setiap kali sedang bersama Naya, ditambah baru saja ia menyaksikan sendiri betapa marah tuannya terlihat terakhir kali.

Nama Ken dielukan di Callion awards sebagai penyandang penghargaan terbanyak. Julius ingin mengabarkan hal tersebut. Para pebisnis akan sangat bangga bila saja mereka dapat menggantikan posisi Ken. Wajah mereka akan mengisi sampul-sampul majalah bisnis paling bergengsi diseantero dunia. Tentu saja Julius menilai ini merupakan sebuah kabar penting untuk diberitakan. Pun sebetulnya Ken bisa langsung mengartikan arti panggilan tersebut tanpa perlu mengangkatnya.

Firasat keberhasilan dalam ajang bergengsi tersebut tak menggugah perasaannya. Fikiran Ken terus membuncah. Belum terhitung lama sejak ia membuat pelepasan melalui oral servis. Kini batang kemaluannya bangkit kembali, seolah tak cukup meledak sekali.

Orgasme yang dipercaya membantu menstimulasi pelepasan oksitoksin yang dikenal sebagai hormon bahagia itu tampak tidak nyata. Pasalnya Ken tak merasa bahagia. Ia justru gelisah. Kehangatan yang mencengkram jarinya masih terasa melekat dalam angan-angan kotornya.

Setengah geram Ken bangkit dan meninggalkan kondominium. Ia mengunci kamar tidur dimana masih ada Naya disana yang tak kunjung keluar sejak masuk ke dalam kamar mandi.

Kau akan mati kelaparan di dalam sana jalang kecil. Ken tersenyum iblis membayangkan Naya terkurung berhari-hari. Tidak akan ada orang lain yang mampu menemukannya.

Tujuan Ken malam ini adalah club malam. Ditengah perjalanan, bunyi ponsel kembali terdengar. Nora, lesbian cantik yang menjadi sekertarisnya menelfon. Menyampaikan sesuatu yang tak berbeda dengan Julius. Panggilan Nora berujung keputusan bahwa besok Ken harus membuat konferensi pers terkait ketidakhadirannya. Daripada tidak hadir, lebih tepat bila disebut 'menghilang' sebab orang-orang sudah menyaksikan kemunculannya disana. Tanpa perlu Ken menjelaskan kebenarannya, Nora akan membuat beragam pilihan sebagai alasan sehingga Ken tak perlu memusingkannya.

Wanita adalah pelampiasan frustasi terbaik. Ken mengenang petuah Dr. Eric Brown. Hubungannya dengan dr. Brown memang masih terbilang singkat, tapi sejak pertama kali bertemu hubungan mereka berjalan mulus hingga saat ini. Bukan hubungan kemitraan bisnis melainkan pertemanan. Bisa dibilang Ken nyaris tak punya teman yang bisa diajak bertukar fikiran diluar urusan pekerjaan. Bukan berarti ia tidak bisa berbasa-basi. Ken justru lihai, memikat lawan bicara adalah modalnya untuk memimpin EltCorp. Hanya saja basa-basi yang dilakukan Ken untuk para rekan bisnisnya begitu penuh kepalsuan. Sementara dr.Brown berhasil membuatnya menjadi mahkluk sosial sejati. Bersamanya Ken bisa begitu blak-blakan. Ia tak menjumpai sosok dr. Brown di club pada malam ini, menariknya ada sosok lain yang mengusik perhatian Ken. Dari kejauhan saja, penampilan wanita itu tidak berubah dari yang dilihat Ken terakhir kali.

Katelyn. Masih selalu menjadi pusat atensi lelaki. Begitu pula Ken untuk orang-orang. Seolah ada gelombang sinyal yang menguar sehingga Katelyn bisa mendeteksi kedatangannya dalam radius sepuluh meter.

Katelyn spontan terbangun dari kedudukannya ketika menangkap kehadiran lelaki itu. Ia terpaku ditempat, menunggu langkah Ken sampai dihadapannya.

Insiden ketika Ken meninggalkannya masih segar diingatan Katelyn seakan baru terjadi kemarin. Ditinggal begitu saja setelah digauli, ia merasa diperlakukan seperti pelacur murahan. Ia adalah model ternama yang dicita-citakan oleh kaum adam. Sejak malam itu ia bertekad untuk membalas Ken bila diberi kesempatan kedua. Ia tak ingin lelaki itu mendapatkannya dengan mudah.

"How's life?" Ken menyapa tanpa canggung.

Oh sial, senyumannya membuat Katelyn berdebar. Ia mulai meremas ujung gaunnya. Sungguh Katelyn kembali tak mengenali dirinya.

Belum terhitung lama sejak bergabung duduk, Ken sudah menunjukkan tanda-tanda tidak tertarik berlama-lama. Ia berpamitan pada yang lain. Katelyn gagal mengandalkan ingatan pahit mengenai perlakuan menyebalkan Ken untuk bersikap jual mahal.

Persetan dengan harga diri dan kesempatan kedua. Katelyn menerima tangan Ken yang terulur sebagai tawaran untuk meninggalkan club.

***

Suara langkah itu bukan hanya milik seseorang. Bunyi tuk-tuk dari sepatu stiletto menjelaskan bahwa derap langkah baru itu milik seorang wanita. Ken tidak kembali seorang diri.

Suara-suara langkah tersebut sempat menghilang, sebelum digantikan kegaduhan lainnya. Terdengar beberapa benda terjatuh hingga kursi yang bergeser dari kedudukannya, bahkan orang buta bisa berjalan lebih baik.

Naya yang sejak tadi duduk berlunjur dibalik pintu kamar pun terkesiap dari lamunan.

Suara itu menuju padanya. Semakin dekat.

Terlihat bayangan seseorang menelusup dari bawah celah pintu.

Naya merangkak cepat, berusaha tak membuat suara sama sekali ketika masuk dan mengunci dirinya pada kamar mandi di kamar itu.

Di saat yang tepat Ken masuk. Ia menggunakan tendangan kaki belakang untuk menutup pintu kamar disaat dirinya terlalu sibuk berpagutan dengan Katelyn dalam gendongannya. Inilah alasan mengapa tadi dirinya tak bisa menggunakan matanya dengan baik. Tapi saat masuk kamar, fokus perhatian Ken sempat teralih. Ia melirik sekilas pintu kamar mandi yang tertutup.

Dari sekian banyak opsi tempat, Ken memilih kembali ke kondo dimana ia meninggalkan Naya, bahkan dari beberapa kamar kosong yang ada didalam kondo, Ken justru memillih kamar tempat Naya terkurung sebagai sarang bercintanya.

Naya percaya, Ken melupakan keberadannya disini. Laki-laki itu mungkin terlalu mabuk hingga tidak mengingatnya ada disini. Sungguh sebenarnya Ken tak melupakannya sama sekali.

Ken bisa membawa Katelyn kemanapun. Semenjak tangan wanita itu menyambut ajakannya sewaktu di pub, saat itu pula Ken menetapkan untuk membawanya kesini untuk suatu alasan.

"Kau meninggalkanku begitu saja malam itu." Ada nada kecewa yag tak bisa dipungkiri disana.

Katelyn meminta Ken untuk duduk ditepi ranjang dengan cara mendorong laki-laki itu sambil melayangkan tatapan erotis. Perempuan itu menelanjangi dirinya seperlahan mungkin. "Tapi aku tak akan membiarkan peristiwa itu terulang. Kau akan kecanduan dengan tubuh ini." Ujarnya percaya diri.

Dalam berhubungan kali ini pun tak seperti sebelumnya. Ken sedikit kasar. Ia mencengkram leher Katelyn, menampar pipinya, bahkan memanggilnya jalang. Katelyn sungguh bukan tipe wanita yang suka kekerasan saat seks, tapi ntahlah, Ken seolah mendapat pengecualian untuk semua hal-hal yang tak ia sukai. Katelyn bahkan tak berpura-pura orgasme. Ia benar-benar menikmatinya. Sementara Ken melakukan semua itu hanya untuk menunjukkan kepada Naya. Ia ingin Naya menyadari, bahkan dengan perlakuan tidak manusiawi sekalipun, para wanita tetap akan menyerahkan diri mereka.

"Lebih keras. Aku ingin rintihanmu memenuhi ruangan ini." Ken mencengkram Katelyn sambil memacu dirinya lebih cepat. Katelyn pun melakukan perintah Ken.

Membayangkan Naya sedang mendengarkan suara percintaan mereka membuat Ken begitu terangsang. Laki-laki itu sudah tidak mampu berfikir jernih.

"Fuck you, Nay!" Tak sadar ia bahkan menyebut nama Naya saat melakukan pelepasan di dalam rahim Katelyn.

DONT FORGET TO LIKE EVERY CHAPTER. GIVE ME SOME SPIRITS IF YOU ENJOY THE STORY❤️

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang