Part 37

2.5K 242 43
                                    

"Bangun, putri tidur! Kita harus menyelesaikannya hari ini.."

"Ini terlalu pagi, Naya..." Elsie menggeliat dan kembali menarik selimutnya lebih tinggi.

Hari ini ia berjanji untuk melakukan pemotretan untuk karya pertama mereka. Sebuah gaun pernikahan dari tissue toilet. Mereka telah mengerjakan maha karya itu dalam hitungan bulan.

Sebelum kehadiran Elsie, Naya merasa sedang berjalan dalam sebuah terowongan panjang yang gelap dan tak berujung. Lalu Elsie tiba-tiba muncul, menemaninya dari ketakutan yang mencekam. Pun, saat ini, Naya memang masih terus berjuang untuk menemukan cahaya di ujung terowongannya—Cahaya harapan untuk hidupnya yang suatu hari akan membaik. Setidaknya,kehadiran Elsie membuatnya tak lagi merasa kesepian di tengah perjalanan mencari harapan tersebut.

Jika saja Elsie seorang laki-laki, Naya akan melihatnya sebagai pangeran berkuda putih. Gadis itu lah yang berhasil menarik kewarasannya.

Naya ingin percaya, bahwa gadis itu menawarkan pertemanan yang tulus, meski menyadari posisinya yang dikirim tak lebih dari seseorang yang dibayar untuk merawatnya . Naya memilih mengesampingkan fakta itu.

Ketika alarm berbunyi untuk kali kedua, Naya segera bersiap untuk mengebuk Elsie dengan bantal jika saja gadis itu kembali menunda untuk bangun. Untungnya Elsie tak berniat melakukan hal itu. Ia membungkam alarm, kemudian menyeret langkahnya ke kamar mandi.

Naya sudah mandi lebih dulu. Ia terkenang pada masa-masa awal kedatangan Elsie, gadis itu memperlakukannya seperti orang cacat. Dipapah, dimandikan, disalinkan baju, segalanya serba dibantu. Elsie tak pernah menyerah meski setiap hari ia dianggap angin lalu. Sampai pada suatu hari saat Elsie sedang bertugas membantu menggosok tubuhnya, Naya mengangkat salah satu tangan, dan berbicara untuk pertama kali,"Aku saja." Mulut Naya memang hanya melontarkan dua kata, tetapi itu sudah cukup membuat Elsie tertegun. Ia lalu menyerahkan sebuah spons jaring mandi, lalu menonton Naya yang mulai mengosok tubuhnya seolah itu pertunjukan paling menarik.

Tidak sampai genap sebulan, Elsie sudah berani menyimpulkan bahwa Naya sehat. Gadis itu sudah mampu merespon segala sesuatunya dengan sangat baik. Rasanya kehadirannya sudah tidak diperlukan. Reward yang dijanjikan oleh dr.Brown pun juga sudah ia terima. Tetapi setelah semua itu, dr. Brown kembali menawarkan hal yang menarik. Bukan sebagai perawat, tugasnya kali ini hanya menjadi seorang teman untuk Naya. Bayarannya tidak berkurang dari sebelumnya, tetapi tugasnya terlampau mudah. Hingga bisa dikatakan tak ada beban. Orang kaya memang berbeda. Elsie baru menyadari betapa mencengangkan kehidupan mereka. Dan ia tak berniat menolak tawaran itu.

Hampir setiap malam Elsie melaporkan perkembangan Naya. dr. Brown akan bersuara di setiap akhir sesi laporan. Tetapi ada yang aneh. Elsie yakin, dr. Brown tidak sendirian. Seperti ada orang lain yang ikut mendengarkannya. Kadang ia seperti mendengar dr. Brown berbisik—seolah di tengah diskusi.

Peringatan tentang dirinya yang akan selalu diawasi juga terngiang dan menghantui benak. Di satu malam, Elsie terbangun untuk membuktikan keberadaan alat pengawas. Tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Ia memandang langit-langit dan tembok rumah yang bebas dari rekatan benda yang mencurigakan. Ia juga meraba-raba permukaan dinding. Pencariannya berakhir dengan hasil yang nihil.

Saat Naya sudah terlelap adalah saat bagi Elsie mengendap keluar kamar untuk menyampaikan laporan. Tapi di satu malam, ia memilih tak beranjak dari kamar sebab dirinya menemukan satu cara lagi untuk membuktikan perkataan dr. Brown.

Elsie mengarah ke kamar mandi, menghidupkan keran. Jika sebelumnya ia terbiasa menunggu bak terisi penuh sebelum mencelupkan tubuhnya dengan pakaian yang ia kenakan. Untuk kali itu, Elsie sengaja menanggalkan pakaiannya tanpa sisa. Ia tidak buru-buru merendam tubuh polosnya ke bak mandi. Mengambil jeda, ia pun melakukan aksi peregangan kecil. Melemaskan bahu, mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi lalu melengkungkan badannya ke kanan dan kiri.

KANAYAWhere stories live. Discover now