Part 43

1.4K 136 47
                                    

COMMENT & VOTE PLEASE <3 BIAR SEMANGAT & CEPET UPNYA
--------------------------------------------------------------------------


Hari dimana Elsie datang pun tiba.

Seperti kedatangannya yang pertama, mata Elsie juga ditutup—tak dibiarkan tahu lokasi persis kastil gelap Ken. Sama seperti sebelumnya, dia juga tidak diizinkan menggunakan ponsel.

Julius langsung menuntunnya menuju salah satu ruangan.

Di dalam ruangan itu telah duduk dr. Brown dan Ken di meja bundar.

Tanpa menunggu dipersilahkan, Elsie menduduki kursi kosong yang sudah tersedia, dan langsung menyorot penampilan pria asing di sisi kirinya. Tak sadar ia tersenyum dan menggelengkan kepala begitu teringat Naya yang mendeskripsikan Ken sebagai laki-laki paruh baya. Kenyataan umur Ken tak terlalu mengejutkan untuk Elsie yang sudah pernah mendengar suara Ken sebelumnya. Tapi, penampakan Ken sungguh sesuatu yang berbeda dari bayangannya.

Terlebih ketika Ken kemudian berdiri untuk mengeluarkan sebotol scotch. Wujud laki-laki itu bisa dibilang sempurna. Dibilang 'extra tampan' saja tidak cukup untuk mendeskripsikan Ken. Ditambah tinggi tubuhnya hampir dua meter dengan proporsi yang tepat.

"Watch your eyes." dr. Brown mengembuskan kata-kata itu dari celah-celah giginya yang terkatup rapat.

Elsie merespon dengan memutar bola matanya. Ketampanan Ken memang sesuatu yang tidak bisa ia pungkiri, namun bukan berarti ia tertarik. Hatinya toh sudah dikuasai pria lain.

Dan pria itu tepat di hadapannya, tampak jelas tengah terbakar cemburu.

Tanpa bertele-tele Elsie mulai mengajukan persyaratannya.

"Aku ingin Naya tak tahu apapun tentang ini. Biarkan dia mengira tugasku tak berbeda dari sebelumnya."

Ken langsung mengganguk setuju. Dia sendiri sudah berniat mengusulkan hal yang sama.

"Kau dan Naya tidak akan bertemu, setidaknya selama empat puluh hari penuh."

"Ya, Naya pasti memerlukan waktu pemulihan secara mental. Menjauh dari penyiksanya adalah hal yang paling baik." Ujar dr. Brown tak memberi Ken kesempatan untuk memprotes.

Ucapan itu membuat Ken dongkol. Ditambah lagi sebutan 'penyiksa' yang ditujukan untuknya. Namun disamping itu, Ken menyadari ucapan dr.Brown memang masuk akal.

Tanpa berunding lebih jauh, Ken menerima saran itu. Dia sendiri juga tak siap dihadapkan dengan Naya dalam waktu dekat. Mungkin dia bisa menyiapkan diri selama mereka berjauhan sementara waktu.

Selama empat puluh hari mereka tidak akan bertemu.

Ken akan tinggal di sayap kanan rumah sementara Naya menempati sebaliknya. Dia akan membatasi ruang geraknya untuk menghindari agar tidak berpapasan dengan Naya.

"Kuharap kali ini tidak ada camera pengawas maupun alat penyadap sejenis yang diaktifkan di dalam kamar."

"Tidak. Tidak." Kali ini Ken menggeleng keras. "Itu tidak mungkin."

Keduanya kemudian saling memberikan alasan masing-masing. Argumen itu berlangsung cukup lama dan dimenangkan oleh Elsie atas sumbangsih suara dr. Brown.

Ken tampak sangat jengkel dengan keputusan itu. Tetapi dia sudah kalah telak dan musyawarah tetap harus dilanjutkan.

"Aku ingin sesi terapi dilakukan di jam-jam seperti biasa kau memanggilku."

"Apa itu masuk akal? Mengapa sekarang justru kau yang mengatur waktuku?" Protes Ken.

Sebelumnya, Elsie terbiasa dipanggil Ken untuk memberikan laporan di penghujung hari. Sebenarnya Ken tak menemukan masalah apapun, malahan penentuan waktu itu sudah tepat. Dia begitu sebab sisa-sisa rasa jengkel dari kalah argumennya belom enyah juga.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang