Part 19

9.9K 623 42
                                    

Mendapati Naya berbicara dengan pria asing ntah mengapa membuat dada Ken terbakar. Menyebalkan. Ia menyesali keputusannya mendadani perempuan itu bak putri kerajaan. Membiarkan laki-laki lain menatapinya berlama-lama dengan mulut menganga.

Cengkraman Ken di pergelangan tangannya begitu kuat dan menyakitkan. Ia menarik Naya dan mengeluarkan perempuan itu darisana. Tak peduli dengan acara yang bahkan baru saja dimulai.

Serbuan wartawan tak dapat dihindari. Para bodyguard event membantu memagari Ken dan Naya hingga ke pemberhentian kendaraan. Tunggangan mereka sudah menanti dengan Julius dibalik kemudinya.

Ken mendorong Naya masuk ke bagian penumpang depan. Ia lalu mengitari mobil dan membuka pintu bagian kemudi.

"Let me drive." Julius dengan tahu diri langsung melangkah keluar dari tempat kemudi, digantikan Ken yang langsung buru-buru menginjak pedal gas dan cabut darisana.

Ken tidak berkata-kata. Tapi dari caranya menyetir sudah jelas emosinya tengah meledak.

Dada Naya tak berhenti naik turun dengan mulut komat-kamit berdoa, meminta keselamatan. Sekian kali mobil mereka menyalip mobil lainnya dengan selisih hitungan beberapa senti. Tetap saja Naya tak berani protes untuk meminta Ken menurunkan kecepatan. Ia mulai memahami perangai suami palsunya itu. Meminta dengan cara paling memelas sekalipun tidak akan ada pengaruhnya. Laki-laki itu justru akan semakin menjadi.

"Kenapa kita tidak pulang?" Tanya Naya ketika Ken memasuki gedung parkir sebuah kondominium.

"Kita sudah pulang." Jawaban itu singkat.

Ken butuh melepaskan amarahnya sesegera mungkin. Tentu saja menolak untuk berlama-lama dengan kembali ke rumah yang jarak tempuhnya lumayan jauh.

Kondominium kali ini pun berbeda dengan yang pernah Naya datangi sebelumnya. Ia sudah sering mendengar ayah tirinya itu punya begitu banyak properti namun tak mengira jumlahnya terlampau banyak. Ken bisa dengan mudahnya singgah dari gedung satu ke gedung lainnya.

Langkah lebar Ken membuat Naya cukup kesulitan mengejar, ditambah ia menggenakan heels yang cukup tinggi. Kendati begitu Ken tetap masa bodoh dan menyeret Naya dengan tak peduli. Padahal nafas perempuan itu sudah terdengar terengah-engah.

Hadiah tamparan dipipi langsung didapatkan Naya begitu memasuki kondo. Dirinya yang tak siaga dengan hal itu kontan terjatuh. Tapi tak berselang lama, Ken kembali menariknya berdiri. Ia lalu menjambak rambut Naya dibelakang seperti ekor kuda. Wajah perempuan itu dibuat mendongak padanya.

"Kau merasa hebat huh?" Naya menggeleng tak mengerti.

"Merasa hebat setelah mencuri perhatian para lelaki?" kali ini Naya menggeleng sebagai jawaban. Tidak. Ia tidak pernah merasa sedang mencuri perhatian siapapun.

Ken sudah tak sanggup mengabaikan pandangannya darisana. Pemandangan punggung Naya yang terekspos ditambah buah dadanya yang seolah ingin melompat keluar dari balik gaun membuat sesuatu dibalik celana Ken terbangun. Dirinya bukan tipe laki-laki yang mudah tergiur hanya karena melihat tonjolan buah dada wanita. Naya bahkan tak sedang menjuruskan gerakan-gerakan menggoda. Diajaknya Naya menuju ruang tamu condo, atau lebih tepatnya diseret.

Ken mendorong Naya kearah jendela. "menghadap jendela lalu bertumpu lah disana dengan tanganmu."

Naya meletakkan kedua tangannya di jendela kaca yang menyuguhkan pemandangan lampu-lampu gedung kota, mengikuti instruksi Ken.

Kaki Ken menyelinap di antara tumpuan kaki Naya. "Lebarkan." Ia menutuk kaki Naya dengan mengadu sepatu mereka, membuat Naya melebarkan kaki selebar bahunya.

KANAYAWhere stories live. Discover now