"Omeletnya belum selesai." Lirih Hinata. Ia berniat melanjutkan kembali masakannya.

"Tidak usah. Nee-chan istirahat saja." Hanabi memperhatikan wajah Hinata yang tampak pucat. Tidak mungkin Ia tega membiarkan Kakaknya bekerja dengan kondisi seperti ini.

"Tapi kau ingin--"

"Istirahat saja kubilang! Disaat kondisimu seperti ini, jangan memikirkan orang lain! Pikirkan dirimu sendiri!" Bentak Hanabi marah. Kakaknya ini selalu seperti ini. Lebih mengutamakan orang lain dibandingkan dirinya sendiri.

"Istirahatlah! Aku akan menjagamu." Hanabi membantu Hinata berbaring di tempat tidurnya. Kemudian Ia menyelimuti tubuh Kakaknya dengan selimut. Inilah persaudaraan. Jika sang Kakak sakit, sang adik pun juga merasakannya. Mereka tidak hanya terhubung oleh ikatan darah tapi juga ikatan batin.

"Cepatlah sembuh, Onee-chan!" Batin Hanabi.

***

Uchiha Sasuke kini berada di desa Otogakure. Ia ingin melakukan penyelidikan disana. Sudah lima hari ini Ia diserang oleh sekumpulan manusia peledak. Sasuke tidak tahu jutsu apa yang mereka gunakan dan sampai saat ini si pengguna jutsu itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Pasti ada sesuatu yang mereka incar dari dirinya.

"Ohayou, Sasuke-kun!" Sapa si manusia ular, Orochimaru. Ia menatap Sasuke dengan senyuman anehnya.

"Ini." Sasuke mengabaikan sapaan Orochimaru. Ia malah melemparkan sebuah gulungan yang berisi sampel manusia peledak.

"Selidiki itu!" Tanpa menggunakan kata 'tolong' Sasuke memerintah Orochimaru seenaknya.

"Baiklah." Orochimaru masih mempertahankan senyuman anehnya walau Ia merasa kesal.

"Yo, Sasuke! Lama tidak bertemu." Sapa salah satu rekan Sasuke dulu, Suigetsu.

"Hn." Balas Sasuke dingin seperti biasanya.

"Bagaimana kabarmu, Sasuke?" Tanya mantan rekannya yang lain, Juugo.

"Seperti yang kau lihat."

"Kyaa... Sasuke-kun! Aku sangat merindukanmu." Karin muncul dari belakang Juugo dan dia langsung memeluk Sasuke. Perempuan itu bergelayut manja di lengan Sasuke.

Bau parfum Karin yang menyengat membuat Sasuke merasa pusing. Perutnya pun terasa mual. Entah mengapa sudah beberapa hari ini dirinya sering merasakan hal itu jika mencium bau aneh.

"Menjauhlah, Karin!" Sasuke mendorong tubuh Karin menjauh.

"Haha...kau ditolak lagi, Karin!" Ejek Suigetsu.

"Urusai!" Teriak Karin jengkel.

Karin telah menjauh tapi bau parfumnya masih menempel di jubah Sasuke. Sasuke pun melepaskan jubahnya dan melemparnya ke sembarang arah. Namun hal itu tidak berpengaruh apapun padanya.

"Kau kenapa Sasuke-kun?" Tanya Karin khawatir. Ia kembali mendekati Sasuke.

"Tidak apa-apa!" Sasuke mengangkat telapak tangannya mengisyaratkan agar Karin tidak mendekatinya. Yang lain pun menatap aneh Sasuke.

Perut Sasuke semakin bergejolak dan kepalanya terasa semakin pusing. Hal ini sangat menyiksanya. Sasuke pun tak dapat menahannya lagi. Ia pun berlari keluar dari markas Orochimaru.

"Ada apa dengannya?" Tanya Suigetsu yang menatap kepergian Sasuke dengan heran. Karin dan Juugo hanya mengendikkan bahunya tidak tahu.

"Sial! Akhir-akhir ini kenapa aku selalu seperti ini?" Batin Sasuke. Ia mengelap mulutnya dengan tangan kanannya.

Hal ini selalu terjadi. Apalagi saat pagi hari. Keanehan lainnya, Ia selalu ingin memakan sesuatu dan keinginannya itu tidak bisa dirinya tahan.

"Ck sial! Hari ini aku malah ingin memakan sesuatu yang masam." Umpat Sasuke di dalam hati.

Sasuke tak langsung kembali ke markas Orochimaru. Ia memilih memasuki hutan untuk menemukan apa yang diinginkannya. Lima belas menit lamanya Ia menyusuri hutan, Sasuke akhirnya menemukan sebatang pohon mangga. Mangga-mangga itu tampak segar namun pandangan Sasuke lebih tertarik kepada mangga yang masih muda. Jakunnya bergerak naik turun menatap mangga muda tersebut.

Sasuke melemparkan kunainya ke terget. Lima buah mangga muda pun jatuh di dekatnya. Dengan tidak sabaran Sasuke mengupas buah tersebut dan memakannya dengan nikmat. Sasuke merasa lega karena keinginannya telah terpenuhi.

***

Tidak terasa usia kehamilan Hinata telah memasuki bulan ketiga. Perutnya telah sedikit membuncit namun hal tersebut dapat ditutupinya dengan mengenakan pakaian longgar. Jadi orang-orang tak akan menyadari jika dirinya tengah berbadan dua.

Hinata berjalan menuju taman Konoha. Ia ingin bersantai menikmati semilir angin yang berhembus. Satu tangannya mengusap pelan perutnya. Bayi ini ada karena sebuah kecelakaan tak terduga akan tetapi Hinata begitu mencintainya. Tak peduli jika ayah dari si bayi bukanlah pria yang Ia cintai. Yang Hinata tahu dirinya begitu menyayangi anak ini.

"Hei bayiku." Sapa Hinata sembari tersenyum lembut menatap perut nya yang tak lagi rata.

"Tidak apa bukan jika kau hanya memiliki satu orangtua?" Nada Hinata berubah sendu. Ia memutuskan akan merawat bayi ini seorang diri. Bukannya Hinata tak mengakui jika Sasuke merupakan ayah dari si bayi, hanya saja Ia masih belum bisa menerima pria itu. Hinata takut seandainya pemuda itu tahu jika dirinya tengah mengandung anaknya, Sasuke akan mengambil bayi ini darinya. Itulah pemikiran terburuk yang selalu menghantuinya. Karena itu sebisa mungkin Hinata akan menutupi kehamilannya ini dari orang lain.

"Ayahmu bukannya tak bertanggungjawab hanya saja Ibu tidak ingin bersamanya." Memang terdengar egois tapi Hinata hanya ingin memiliki bayi ini seorang diri. Bayi ini hanya miliknya. Dia adalah seorang Hyuuga bukanlah Uchiha. Walaupun nanti bayinya terlahir mewarisi gen Uchiha tapi Hinata akan tetap mengakui bahwa dia adalah seorang Hyuuga.

"Itu karena Ibu begitu membenci Ayahmu. Maafkan Ibu yang menginginkan kamu jauh dari Ayahmu." Hinata kembali mengelus perutnya. Dirinya memang egois tapi itu karena hatinya terlanjur sakit. Apa yang pemuda itu lakukan padanya dulu begitu melukai hati dan juga harga dirinya. Sasuke masihlah seorang manusia arogan yang tak memiliki hati nurani. Perkataan dan perilakunya waktu itu tidak akan bisa Hinata maafkan dengan mudahnya.

To be continued





Not PresumedWhere stories live. Discover now