TIGAEMPAT

3K 176 28
                                    

-----

Di depan toilet, Emily tidak sengaja mendengar suara seseorang yang tidak asing sedang berbincang di dalam toilet.

"Jadi sekarang lo baru aja ngaku kalo lo kaki tangan dari si brengsek itu?"

Emily benar-benar mengenali suara itu. Tidak lain dan tidak bukan, itu adalah suara Naomi. Terdengar dari suaranya saja sepertinya emosi Naomi sudah di luar kendali. Emily memulainya dengan menenangkan Naomi terlebih dahulu, baru lah ia meminta mereka untuk berbicara di tempat yang tenang.

Sempat terjadi adu mulut antara Emily dan Naomi karena Naomi tidak menerima jika Emily membela gadis itu. Emily meminta Naomi dan Dea untuk berbincang bersama di tempat yang tenang dengan posisi Naomi yang berjalan terlebih dahulu dan Emily yang mengikutinya di tengah lalu yang terakhir adalah Dea.

Saat Naomi sudah berada di luar, tiba-tiba Emily menutup pintunya dari dalam toilet. Saat ini, Emily sudah bersama dengan Dea di dalam toilet dan Naomi sudah terlebih dahulu keluar dari sana. Sengaja Emily membuat Naomi keluar terlebih dahulu karena Emily ingin berbicara empat mata dengan Dea. Jika ada Naomi, obrolan tidak akan ada habisnya sembari menghadapi emosi Naomi yang meluap-luap.

Mendengar suara pintu toilet yang tertutup, Naomi kesal dan mencoba mendobrak pintu tersebut. Ia tidak ingin Emily terjebak bersama adik dari psikopat yang hari itu hampir saja merenggut nyawanya. Dengan kepanikannya, Naomi berlari mencari keberadaan Alvin dan teman-temannya yang lain untuk dapat membantunya menghentikan Emily. Emily memang hanya berniat baik untuk berbicara dengan tenang, namun tidak menutup kemungkinan itu bisa menjadi kesempatan gadis itu untuk berbuat sesuatu terhadap Emily.

"Kak?"

Gadis itu tampak bingung melihat Emily yang tiba-tiba saja mengunci pintunya dan kini di dalam toilet itu hanya ada ia dan Emily tanpa Naomi. Terdengar dari luar, Naomi menggedor-gedor pintu dengan sangat kencang.

"Gue sempat dengar tentang balas dendam kakak lo. Siapa kakak lo?" tanya Emily.

Gadis itu mulai kebingungan memikirkan apa yang harus ia katakan dan apa yang harus ia lakukan. Ingin sekali ia keluar dari sana setelah mendapat tatapan serius dari Emily.

"Dea, jawab selagi gue masih nanya baik-baik."

"K-kak Alex."

Emily tidak kaget lagi mendengar jawaban dari Dea. Ia sudah menduganya saat Ia mendengar ucapan Dea yang mengatakan bahwa ia hanya membalaskan dendam kakaknya.

"Lo nurut gitu aja?"

Dea mengangguk pelan. Emily semakin tidak tega melihat betapa polosnya gadis ini sehingga ia memilih untuk mengakhiri semua permasalahan yang ada dan memaafkan Dea yang menurutnya tidak sepenuhnya bersalah.

"Kali ini masih gue maafin. Tapi ingat, setiap gerak-gerik lo tetap gue pantau. Bukan cuma gue, bahkan semua sepupu gue pantau lo dari jauh. Kalo lo ulangin sekali lagi, gue gak akan diem kayak gini lagi karena lo udah berani jadi kaki tangan pelaku yang udah coba bunuh gue dan pacar gue," jelas Emily memberi peringatan kepada gadis itu dengan penuh penekanan.

Gadis itu tersenyum kecil dan mengangguk pelan, "Makasih atas kebaikan kakak."

"Gue ngelakuin ini bukan berarti gue baik atau lemah atau gue ngebelain lo. Gue cuma ngasih lo kesempatan terakhir buat lo mikir mana jalan hidup terbaik yang harus lo pilih."

Emily [SELESAI]Where stories live. Discover now