ENAMBELAS

6K 255 7
                                    

-----

Emily sangat kecewa kepada keduanya dan memilih untuk pergi ke rumah kediaman Haston. Ia sudah terlalu sering mengunjungi Sarah dan Thomas. Mungkin ini giliran Bella dan Darren.

"Astaga, nak. Kamu kenapa menangis?" sambut Bella melihat seorang anak gadis yang masuk ke dalam rumahnya.

"Emily kenapa? Coba ngomong sini sama opa," tutur Darren.

"Jangan kasih tau yang lain ya kalo Emily di sini," pinta Emily.

"Tapi kamu kenapa dulu?" tanya Bella ingin memastikan apa yang sebenarnya terjadi dengan cucunya.

"Gapapa, oma. Emily cuma lagi banyak pikiran dan lagi capek aja."

"Yaudah, kamu istirahat ya di kamar kamu. Biar oma bikinin makanan segar buat bantu cairin suasana hati kamu ya."

"Opa anterin ya."

Bella pun pergi menuju dapur dan Darren mengantar cucunya untuk pergi menenangkan diri di kamarnya. Sudah jelas, kenapa Emily lebih memilih kakek dan neneknya sebagai tempatnya berteduh dari pada ayah dan ibunya, bahkan adiknya. Emily sangat mandiri dan selalu menyimpan masalahnya sendiri. Namun ia tidak bisa menyimpannya dari kakek dan neneknya. Emily selalu percaya dengan kakek dan neneknya karena mereka yang selalu ada untuknya.

Setiap Emily bercerita dengan mereka, entah kenapa pikirannya selalu lebih tenang, apa lagi mendengar nasihat mereka. Itulah kenapa Emily merasa begitu spesial di mata Sarah, Bella, Darren, dan juga Thomas. Mereka tidak pilih kasih dan mereka tahu bahwa Emily sudah banyak menderita. Bahkan di kediaman Palvin atau pun Haston, Emily selalu mendapatkan perlakuan dan tempat khusus untuknya, contohnya ruang kamar pribadi.

Emily membaringkan tubuhnya di kasur miliknya yang disediakan Bella dan Darren dengan berbantalkan paha Darren. Darren mengelus-elus rambut Emily dengan lembut, berharap itu dapat membantu setidaknya menghilangkan sedikit beban dari cucu kesayangannya itu.

"Cucu opa kenapa? Ada masalah apa?"

"Ga ada apa-apa, opa."

"Bohong. Kamu lupa ya? Di sini kan tempat pelampiasan kamu. Kalo kamu datang ke sini, pasti kamu ada masalah. Opa tau betul cucu opa ini orangnya gimana," ucap Darren.

"Untuk yang ini Emily gak bisa cerita dulu. Emily yakin, masalah ini cuma sesaat. Lama-lama pasti Emily lupa dan terbiasa," balas Emily.

"Kayaknya ini bukan Emily yang opa kenal. Emily yang opa kenal itu terbuka sama opa dan oma, gak peduli apa pun resikonya."

Mendengar yang keluar dari mulut Darren, Emily akhirnya tidak dapat menahannya. Ia mengeluarkan apa yang telah ia bendung sedari tadi lamanya.

"Nangis aja, gapapa. Anggap saja itu pertolongan pertama buat kamu bisa nenangin pikiran kamu. Perlu opa tinggal?" ucap Darren.

Emily menggenggam tangan Darren erat, "Emily gak suka cowok, opa."

Darren terkejut, lalu beberapa detik kemudian tertawa lepas.

"Kalo kamu gak suka cowok, gimana mau punya anak? Kamu gak mau punya keturunan ya?" ledek Darren.

Emily menatap Darren tajam. Darren mulai mengerti maksud tatapan Emily.

"Dari sekian masalah kamu, baru sekarang kamu bahas soal cowok. Cinta pertama?"

Emily mengangguk, "Cinta pertama. Pembuka gerbang rasa sakit."

"Kenapa? Kamu dikhianatin?" tanya Darren, lagi.

"Mungkin."

"Cinta gak salah, Emily. Yang salah itu orangnya yang sudah menyalah gunakan cinta. Cinta itu gak sakit kok. Cinta itu indah kalo kita bisa memaknainya dan kita bertemu dengan orang yang bisa menghargai cinta itu sendiri," ucap Darren.

Emily [SELESAI]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin