SEPULUH

9K 395 5
                                    

-----

Seperti biasa, alarm membangunkan tidur Emily pagi itu. Namun ia tidak berniat menunda waktunya untuk tidur kembali, melainkan langsung menuju ke kamar mandi dan bersiap-siap. 30 menit kemudian, tepat pukul 6.00, seseorang mengetuk pintu apartemen Emily. Emily bingung, siapa yang tiba-tiba bertamu pagi-pagi buta. Tanpa memperpanjang pikiran negatifnya, Emily langsung menuju pintu dan membukakannya dan ternyata itu adalah Alvin.

"Pagi jelek," sapa Alvin.

Emily menatap Alvin canggung. Perkataan Alvin semalam masih terngiang-ngiang jelas di pikirannya. Emily dengan salah tingkah langsung membalikkan badan dan meninggalkan Alvin untuk kembali bersiap-siap dengan pintu yang masih terbuka lebar.

"Gue gak di suruh masuk, Mil?"

"Terus tujuan gue tetap bukain pintu apa kalo lo masih matung di situ?" tegas Emily.

Alvin pun masuk dan menutup kembali pintunya dan langsung menuju ke dapur. Alvin mengeluarkan beberapa tuperware yang ia bawa di dalam tasnya yang berisi buah-buahan dan bubur ayam.

"Mil, sarapan dulu yuk," ajak Alvin.

Emily yang sedang bercermin pun melihat pantulan yang ada di cermin menunjukan Alvin yang sedang menyiapkan sesuatu.

"Itu apa?" tanya Emily.

"Buah dan bubur."

"Buah gue banyak di kulkas. Gue juga gak suka bubur."

"Gue belum sarapan, Mil. Gue bawa ini semua ke sini tujuannya buat sarapan bareng lo," tutur Alvin.

"Suruh siapa gak sarapan."

"Padahal mama gue buatin ini buat lo. Tapi yaudah kalo lo gak suka gapapa."

Emily terdiam, "Taruh di situ, nanti gue makan selesai siap-siap. Lo duluan aja," pinta Emily.

Alvin pun memisahkan bagian miliknya dan menyantapnya sendiri tanpa berniat mengajak Emily berbicara. Sepertinya terjadi aktivitas saling mengabaikan satu sama lain. Setelah selesai dengan persiapannya, Emily menghampiri Alvin di meja makan dan menyantap sarapan bagiannya.

"Lo lagi kenapa hari ini?" tanya Alvin.

Emily mengabaikan Alvin dan tidak berniat untuk merespon pertanyaannya.

"Lo masih marah soal tiga permintaan gue semalam?" lagi-lagi pertanyaan itu keluar dari mulut Alvin, tapi Emily masih tetap bungkam.

Emily menghentikan kegiatannya dan terdiam tapi tidak berani menatap wajah Alvin.

"Gak gitu, Vin. Gue cuma--"

"Gapapa kok, Mil. Gue ngerti. Semua orang pasti marah kalo ada yang ngelarang hal yang udah jadi kebiasaan bahkan hobby. Gue minta maaf udah bikin lo risih. Lanjutin aja, gak gue ganggu lagi. Lo senang, gue senang," tutur Alvin.

"Lo lanjut makan aja, gue udah selesai. Gue beresin ini dulu terus gue tunggu lo di ruang depan. Kita berangkat bareng," lanjut Alvin lalu meninggalkan Emily dan pergi ke dapur untuk membersihkan bekas tempat makannya dan pergi ke ruang tamu untuk menunggu Emily.

Emily bingung, seorang Alvin ternyata sangat memperhatikannya dan sangat peduli kepadanya. Sikap itu masih menempel padanya sejak 8 tahun yang lalu. Rasa bersalah muncul dari dalam diri Emily. Ia merasa bahwa Alvin sangat kesal kepadanya. Tapi tidak bisa ia pungkiri bahwa perkataan Alvin memang ada benarnya dan itu semua demi kebaikannya.

Setelah selesai dengan sarapannya, Emily mengambil tas dan menghampiri Alvin untuk berangkat ke sekolah. Alvin yang melihat Emily sudah siap untuk berangkat, langsung pergi berjalan duluan ke arah parkiran untuk menyiapkan mobilnya. Ada yang berbeda dari Alvin. Ia tidak membukakan pintu mobil seperti biasa yang ia lakukan kepada Emily tanpa di minta. Emily mulai merasa ada yang hilang dari Alvin dan mungkin Emily lah yang menjadi salah satu penyebab perubahan Alvin pagi itu.

Emily [SELESAI]Where stories live. Discover now