[29] Gereja

178 40 13
                                    

"Saat terbaik menyatakan perasaan adalah sekarang. Cinta tanpa logika sama dengan tidak bisa dipertanggung jawabkan."

Jangan lupa Vote sebelum baca dear:))
Tandai kalo ada kejanggalan atau typo.


Matahari mengintip dari celah jendela kaca yang di tutupi gorden putih itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.15, namun ketiga remaja perempuan itu terlihat masih nyaman dengan selimut yang membelenggu tubuh ramping mereka. Wajar saja, mengingat tadi malam mereka yang baru tidur saat pagi menjelang.

"Enggh..." lengguh Sandra merenggangkan otot-ototnya yang rasanya mau remuk dikarenakan Jeslyn yang mengapit tubuhnya bak guling.

Dia ingat betul bagaimana posisi Jeslyn tadi malam. Yang pasti tidak seperti sekarang.

Sandra menggelengkan kepala.
Mama... Badan putri mu yang rajin menabung ini, mau patah aja rasanya.

"Woii curut. Bangun lo pada!" ucap Sandra membanting kedua sabahat gesreknya itu menggunakan guling, setelah tadi menyempatkan diri ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan gosok gigi.

Vita dan Jeslyn yang mendapat perlakuan itu hanya meracau tidak jelas. Lalu kembali menarik selimutnya.

Dengan sigap Sandra menarik kembali selimut itu, dan melanjutkan aktivitas memukulnya.

Setelah beberapa menit yang menguras tenaga, akhirnya duo kebo bagun juga. Mereka duduk besila di atas tempat tidur untuk mengumpulkan nyawa yang sempat hanyut di alam mimpi.

"Gila ya kalian dua?!" sentak Sandra membulatkan matanya, tatkala melihat keduanya menjatuhkan diri ketempat tidur.

CAPEK-CAPEK GUE NGEBANGUNIN, TAPI SIA-SIA!!

*****

Vita terlihat jauh lebih segar dari sebelumnya.

Ia melangkahkan kakinya menuju pintu utama dengan handuk yang membalut rambut basahnya.

"Ehhk, Kakak?" Vita terkejut dengan kehadiran Alvin di rumahnya.

"Kakak ngapain kesini?" Vita mulai membuka pintu lebar. Mempersilahkan Alvin untuk masuk.

"Mau ngapelin pak Dimas." candanya namun dengan wajah melempem andalannya.

Vita mendelik. Lalu menatap horor Alvin.

Alvin hanya terkekeh pelan.

"Masuk, yuk! Anggap rumah sendiri aja." Alvin melangkahkan kakinya ke dalam yang dihadiahi tatapan tajam oleh Vita.

"anggap rumah sendiri ndasmu! Emang ini rumah gue kok!" tentu saja sederet kalimat itu hanya bisa ia ucapkan di dalam hati.

"Jadi tujuan akak kesini buat apa?" tanya Vita duduk di salah satu sofa yang berhadapan dengan Alvin. Setelah meletakkan minum untuk tamu menyebalkan di hadapannya ini tentunya.

Istilah tamu adalah raja merupakan gambaran Alvin kalau bertamu ke rumah Vita. Suka semena-mena soalnya.

"Mau ketemu pacar,"

"Ketemuan dalam rangka apa sih?"

Alvin memutar bola mata malas.

"Dalam rangka hari minggu sedunia," ucap Alvin membuat Vita terkekeh pelan.

Hening. Tidak ada yang membuka suara.

"Yaudah sana ganti baju! Aku tahu kamu pasti bosan, kan?" ucap Alvin memecahkan keheningan yang sempat meraja.

VILOVE [END✓]Where stories live. Discover now