[39] Samuel

116 23 3
                                    

"Salah satu fase hidup terberat adalah saat kamu berada di ambang rasa cemburu dan kecewa."

~Alvino Kertajaya~

Happy reading...
Vote sebelum baca!

Sesampainya di rumah sakit, Alvin langsung menuju meja resepsionis untuk menanyakan ruangan sang adik.

"Gimana keadaan Cya, Mah?" tanya Alvin menghampiri sang ibu yang terduduk lemas di bangku tunggu.

"Masih di dalam, Vin." Marisa langsung memeluk putra sulungnya itu.

"Papa?"

"Nanti malam nyampe disini,"

"Kok bisa Cya sampe kecelakaan gini sih, Mah?"

"Tadi siang adik kamu minta izin buat naik motor main sama temannya, tapi Mama nggak ngasih izin dan dia nekat bawa motor waktu Mama nyiapin makan siang di dapur." ujar Marisa dengan isakannya.

Alvin langsung membawa sang ibu yang sudah terisak ke dalam pelukannya. Sesekali tangannya mengelus punggung wanitanya, berharap bisa memberikan ketenangan untuk Marisa.

"Mah, udah dong." ucap Alvin ditengah-tengah isakan yang terdengar dengan tangan yang masih tetap bergerak maju mundur di punggung sang ibu.

Tidak lama kemudian, Marisa sudah berhenti dari isakannya.

"Mama udah makan?" tanya Alvin yang dibalas gelengan lemah oleh sang ibu.

Alvin melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 17.22, tapi ibunda terkasih belum mengisi perutnya sama sekali.

"Yaudah, aku beli makan dulu buat Mama ya?"

Alvin segera berbalik tapi ditahan oleh sang ibu.

"Mama belum lapar,"

"Tapi Mama harus makan, biar kuat. Nanti jadi gantian sakit sama Cya gimana?" ujar Alvin lalu berlalu tanpa mengindahkan perkataan Marisa.

Marisa membuang napas pelan, Alvin tetaplah Alvin. Harusnya sedari awal ia sudah paham sifat anaknya yang satu itu.

Alvin yang mengatahui bahwa sang ibu tidak suka makanan rumah sakit, memilih untuk mencari makanan di sekitar bangunan itu.

Tidak jauh dari gerbang rumah sakit, Alvin melihat sederetan makanan yang tersaji disana. Mungkin karena harus yang mulai larut.

Alvin memilih untuk membeli nasi dengan ikan lele sambal sebagai lauknya. Sayur? Alvin tidak tahu apa nama sayur itu.

Setelah selesai membayar makanan itu, Alvin kembali masuk ke rumah sakit dan menghampiri Marisa. Rupanya sang ayah sudah berada di tempat itu, duduk tepat di sebelah Marisa.

"Papa udah sampai? Aku cuma beli satu nasinya." ucap Alvin mengangkat kantong plastik ditangannya.

"Papa juga sudah makan,"

Alvin hanya menganggukkan kepala lalu menyerahkan bungkusan nasi itu pada sang ibu.

"Mah, nih Mama makan dulu."

Marisa merima kantong plastik yang Alvin berikan dengan tidak bersemangat kemudian memakannya sampai habis tak bersisa.

Lihat lah, sebenarnya dia sangat lapar. Tapi ia tidak merasakannya sama sekali, karena kekhwatirannya pada sang anak jauh lebih besar daripada rasa laparnya.

Alvin melirik ayahnya yang terlihat beda dari biasanya. Alvin bisa menyimpulkan bahwa ibunya sudah menceritakan semuanya pada sang ayah.

*****

VILOVE [END✓]Where stories live. Discover now