[3] Desiran

832 222 163
                                    

"Hati lo gak bisa gue tebak. Kapan lo baik, kapan lo dingin, kapan lo nyebelin, dan kapan lo pemaksa."



Happy reading:))

Vote sebelum baca ya readers:)

Sudah seminggu sejak Vita memasuki sekolah barunya, kini Vita mulai berjalan menyusuri koridor sekolah. Langkahnya terdengar sangat jelas karena ia berjalan dengan cepat menuju kelasnya mengingat sebentar lagi bell masuk berbunyi.

Brukk

"Aduh!!" rintih Vita seraya memegangi kepalanya yang terbentur.

Langkahnya terhenti saat menyadari ia menabrak seseorang. Sebenarnya bukan sepenuhnya salahnya, tali sepatu orang itu terlepas hingga Vita yang tengah buru-buru tanpa sengaja menginjaknya.

"Eh, sorry gue nggak sengaja." ucap Vita meminta maaf tanpa berani menatap lelaki itu.

"Eh lo Vita kan?" tanya lelaki itu menyentuh pundak Vita yang masih menundukkan kepalanya.

Darahnya berdesir lebih cepat, tubuhnya seketika menjadi hangat dan perasaannya terasa campur aduk.

"Kepala lo sakit?" tanya lelaki itu dengan menatap Vita yang mulai mendongakkan kelapanya ke atas.

Tatapan lelaki itu sangat tajam, meskipun wajahnya datar tapi Vita dapat melihat ada kelembutan disana. Lelaki itu tak henti memandangi Vita, mungkin karena merasa bersalah.

'ihh mikirin apa sih gue!' desis Vita dalam hati.

Vita tersadar dari lamunannya dan mulai bergerak kecil oleh anggota tubuhnya karena kegelisahannya.

"Ngg-nggak. Gue gapapa kok." ucap Vita terbata-bata.

"Beneran? Kalo gapapa gue tinggal, lagi buru-buru." ucap Alvin. Ya cowok yang menabrak nya adalah Alvin. Kakak kelas yang ia temui di kantin seminggu lalu, tepatnya pada saat pertama masuk sekolah bersama dengan kedua temannya.

"I-iya." singkat Vita menggarut tengkuknya yang tidak gatal. Ntah perasaan darimana, rasanya Vita enggan berpisah dengan lelaki ini. Dekat aja enggak, kenal hanya sebatas nama, salahkah dirinya yang ingin berlama-lama dengan lelaki yang berada di hadapannya saat ini?

Sesampainya di kelas, Vita langsung duduk di bangku yang selama 1 minggu ini ia tempati. Di sana sudah ada Sandra dan Jeslyn yang menunggunya, karena memang Vita sedikit terlambat pagi ini ditambah lagi insiden beberapa menit lalu sebelum ia tiba di kelas.

Selang lima menit, Ibu Feliz yang diketahui sebagai guru matematika memasuki ruangan kelas yang disambut dengan tatapan bosan bagi siswa-siswi yang tidak menyukai pelajaran tersebut.

"Baiklah anak-anak, silahkan buka tugasnya!!" titah bu Feliz dengan tegas.

"Vit, lo siap nggak tugasnya?" tanya Jeslyn yang memang jarang mengerjakan tugas.

"Siap dongg," ucap Vita dengan bangga.

"Gue gimana dongg? Duh gue lupa kalo ada tugas" ujar Jeslyn panik.

VILOVE [END✓]Where stories live. Discover now