[55] Mark

74 15 2
                                    

"Kita akan membenci sesuatu hal yang menyakiti kita hari ini. Namun besok akan sangat mencintainya, saat hal itu memberi kebahagiaan yang tak pernah kita duga sebelumnya."

|Happy reading|

Sore kira-kira pukul 17.00 di bandara Belanda, Vita menelisik keberadaan kedua sahabatnya yang sebelumnya mengatakan bahwa meraka telah sampai sejak 15 menit yang lalu.

Ntah sejak kapan, Vita jadi membenci tempat ini dengan alasan yang tidak jelas pula. Bisa dibilang sejak perpisahannya dengan Alvin tempo hari.

Lain halnya dengan sekarang. Tempat ini bagaikan salah satu tempat yang akan dia sukai di negara kelahiran sang  ibunda lantaran kembali dipertemukan dengan kedua sahabatnya di tempat ini.

Kita akan membenci sesuatu hal yang menyakiti kita hari ini. Namun besok akan sangat mencintainya, saat hal itu memberi kebahagiaan yang tak pernah kita duga sebelumnya.

"Sandra, Jesy!" teriak Vita saat menemukan keberadaan kedua sahabatnya itu. Vita berlari begitu juga dengan kedua sahabatnya.

"Aaaa kangen kalian..." ucap Vita saat mereka telah menempel satu sama lain  sepenuhnya.

"Kita juga kangen banget tahu sama Lo!" ucap Jeslyn antusias lalu menggoyang-goyangkan badannya ke kiri dan ke kanan. Karna posisinya yang berada ditengah, pelukan itu bergerak seirama dengan gerakan Jelsyn.

"Pokoknya nanti kita bakal cerita satu malaman." ucap Sandra final yang dibalas anggukan oleh keduanya.

"Aduh, aduh... Gue nggak sabar jalan-jalan bareng kalian besok." ujar Vita yang disambut kekehan oleh Sandra dan Jeslyn.

Semua pasang mata tertuju pada ketiga remaja yang saling berpelukan itu. Banyak yang mengira bahwa ketiganya adalah kakak beradik yang terpisahkan dan kembali dipertemukan.

"Loh, sejak kapan rambut Lo berubah jadi ubanan kayak gini?" celutuk Jelsyn meraih rambut Vita yang memang tergerai.

"Ubanan pala lo! Rambut lo sendiri kok berdarah-darah kayak gitu? Nyalahin lipstik Wardah yang warnanya merah merona deh."

"Khem... Asik bener sampe kita dilupain." dehem seseorang dengan suara baritonnya.

Vita merenggangkan pelukannya mereka, lalu menatap kedua lelaki yang berada di belakang kedua sahabatnya.

"Kak Raka dan Kak Aska?!" pekik Vita lalu beralih memeluk kedua lelaki sahabat mantannya. Eh?

Pelukan Vita disambut dengan senang hati oleh kedua lelaki jangkung itu membuat mata Vita berkaca-kaca. Tak ayal, Vita benar-benar rindu dipeluk hangat seperti ini oleh dia yang telah hilang ditelan bumi. Meski tidak bisa memastikan bagaimana perasaannya sekarang, Vita hanya rindu. Tidak salah, kan?

Vita ingin menanyakan keberadaan Alvin pada kedua orang yang Vita yakini pasti tahu itu, tapi ia kembali mengurungkan niatnya.

"Kok kalian nggak cerita kalo Kak Aska dan Raka bakalan ikut, sih? Kesal deh!" dumel Vita pada kedua sahabatnya itu.

"Eh eh... Jangan nangis disini dong dedek emesh-nya aku." ucap Aska menghapus jejak air mata yang ntah sejak kapan sudah mengalir di pipi Vita dengan menggunakan ibu jarinya.

"Ini nangis bahagia tahu, Kak!" ucap Vita terkekeh kecil lalu menghapus kasar air matanya.

"Kok Lo ketawa nangis sih? Nanti orang mikirnya cantik-cantik tapi gila loh." ucap Raka bercanda yang sukses membuat kekehan Vita naik level jadi tertawa.

"Biarin aja!"

"Sayang, jangan temanan sama Vita lagi deh. Nanti kamu ikutan dikira gila. Aku nggak rela." ujar Raka dengan raut sedih yang dibuat-buat kemudian merangkul pundak sang kekasih.

VILOVE [END✓]Where stories live. Discover now