Part 37

1.2K 105 4
                                    

Jika memang sudah waktunya, pasti Allah akan mempertemukan kita dengan cara apapun, meski nanti keadaannya akan berbeda sekalipun.

_______________•••••_______________


Beberapa bulan kemudian

Beberapa bulan setelah pernikahan Meyra dan Zikri. Kehidupan Salsha berjalan dengan baik dan mulus. Namun sebulan terakhir ini, banyak sekali kiriman paket untuk dirinya yang entah itu dari siapa. Salsha berusaha memecahkan misteri kiriman paket itu, namun tetap saja ia tak pernah menemukan jejak siapa pengirim itu sebenarnya. Sempat terbesit di kepalanya bahwa Zidane lah yang mengirim semua paket- paket itu, namun pikiran itu ia sangkal karena tidak mungkin jika Zidane yang mengirimnya. Pasalnya sudah tiga tahun lebih Salsha tidak berkomunikasi dengan Zidane, bahkan pria itupun tidak mengetahui jika dirinya ada di Jogja.

Ting tong

Suara bel berbunyi membuayarkan lamunan Salsha. Salsha segera bangkit dan membuka pintu untuk mengetahui siapa yang betamu pagi-pagi seperti ini.

Salsha menyipitkan matanya saat melihat siapa yang datang.

"Hmm..ba-bapak m-mau ngapain pagi-pagi kesini?" tanya Salsha gugup

"Jemput." jawab Alby singkat dengan tatapannya yang masih datar.

Yap benar! Tamu yang pagi pagi datang ke rumah Salsha adalah Alby yang merupakan bos-nya di kantor.

Salsha mendongkak kan wajahnya dan menatap Alby sekilas, "Hah? Maksudnya pak?" tanya Salsha tak mengerti

"Saya kesini mau jemput kamu, karena saya tau pasti kamu akan terlambat lagi ke kantor." ucap Alby

"Sampe segitunya pak." gumam Salsha pelan yang masih bisa didengar oleh Alby

"Kamu tidak usah ge-er dulu. Saya jemput kamu kesini karena sekarang ada meeting penting dengan klien. Dan saya tidak mau itu rusak hanya karena kamu terlambat."

Salsha meneguk saliva nya dan menundukkan kembali kepalanya. Ia sungguh sangat malu atas apa yang barusan ia ucapkan.

"Hmm..kalau begitu bapak tunggu disini, saya kedalam dulu untuk siap-siap." ucap Salsha yang masih menundukkan kepalanya.

Alby pun mengangguk kemudian mendudukkan bokongnya di kursi yang tersedia di depan rumah Salsha. Alby tak heran jika Salsha selalu menunduk saat sedang berbicara dengan lawan jenis. Bukannya tidak sopan, namun gadis itu pernah berkata "selain harus menjaga auratnya, perempuan juga harus mejaga pandangannya."

Sekitar 20 menit Salsha sudah rapi dengan pakaian kantornya. Beruntungnya kantor Alby memperbolehkan wanita untuk memakai pakaian gamis saat bekerja. Dan ya, sehabis shubuh tadi ia memang sudah mandi, itu sebabnya ia hanya berganti pakaian dan memoles dirinya dengan makeup yang super natural bahkan nyaris tidak terlihat memakai makeup.

"Ayo pak." ajak Salsha

"Ayo." balas Alby yang mendahului Salsha

Seperti biasa, saat Alby dan Salsha satu mobil Salsha tak pernah duduk disamping Alby, ia duduk dibangku belakang mobil. Memang terlihat tidak sopan karena Alby terlihat seperti supirnya, tapi apa boleh buat Salsha hanya menjaga dirinya agar tidak terjadi fitnah yang tidak diinginkan. Lagi pula Alby tidak mempermasalhkan akan hal itu.

Diperjalanan tak ada yang membuka suara sedikit pun. Hanya ada keheningan yang terjadi. Salsha dan Alby sibuk dengan kegiatannya masing masing. Alby yang sibuk menyetir sambil sesekali melirik ke arah Salsha sari kaca spion. Dan Salsha yang tengah asyik membaca sebuah novel yang berjudul "Aku mulia menjadi wanita."

Cinta Dalam Ikhlas (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now