Part 23

1.7K 119 0
                                    

Lebih baik dibenci dalam kebenaran dari pada disukai dalam keburukan. Karena dibalik masalah apapun Allah akan memberikan hikmah pembelajaran dalam kehidupan.

_______________•••••_______________

Setelah sampai dirumah, Salsha langsung memeluk tubuh Ayah nya yang sedang santai membaca koran dikursi yang berada dihalaman belakang rumah.

"Kenapa dek?" Ayah menghentikan aktivitas membaca korannya. Dia mengusap-usap kepala putrinya yang tertutup hijab maroon.

"Adek sedih." lirih Salsha

"Sedih kenapa? Coba cerita sama Ayah. Siapa tau ayah bisa bantu dek."

Salsha melepaskan pelukan nya. Lalu menatap wajah ayah yang sudah tak muda lagi. Tapi jujur, wajah ayah masih tampan menurutnya.

"Yah, gimana cara menghadapi orang yang membenci kita? Caca sedih saat ada orang yang terang-terangan bilang tidak suka dengan Caca."

"Yang pertama sabar."

"Lalu, yah?"

Ayah menatap Salsha dengan tatapan sejuk dan tenangnya.

"Tergantung apa sebab awalnya dia tak suka, bisa saja ada kesalahan dari diri kita, maka sudah seharusnya meminta maaf, koreksilah diri pribadi kita dulu.."

"Karena sejatinya yang namanya hidup pasti ada yang suka dan ada yang tidak suka. Lebih baik dibenci dalam kebenaran dari pada disukai dalam keburukan. Husnudzon terus, karena dibalik masalah apapun Allah akan memberikan hikmah pembelajaran dalam kehidupan."

"Tapi adek gak tau salah adek apa, yah. Dan adek ngerasa kalo adek gak punya masalah apapun sama dia."

"Coba tanya salah adek apa. Mengapa dia bisa tak suka sama adek. Jangan adek diam saja, karena itu tak akan menyelesaikan apa yang terjadi diantara adek dan dia. Jagalah silaturahim.." Ayah memberi jeda sebelum kembali melanjutkan. "Meskipun kita tidak salah, tapi ukhuwah hubungan baik antar manusia harus tetap dijaga, faham?"

Salsha mengangguk faham. Salsha memeluk tubuh sang ayah yang selalu membuatnya merasa nyaman. Ia sangat bersyukur memiliki pria hebat seperti Ayah.

"Adek sayang banget sama Ayah," ucap Salsha

"Ayah juga sangat-sangat menyayangi putri kecil ayah ini."

Ayah mencium pucuk kepala Salsha. Rasanya Salsha tak mau berpisah dengannya, mengingat sebentar lagi ia harus meninggalkan kota ini dan pindah ke Yogyakarta.

"Nah, sekarang ayah yang mau tanya sama adek, tapi adek jawab yang jujur ya."

Mendengar nada bicara ayah yang seperti itu, Salsha menjadi penasaran sekaligus cemas.

"Tanya apa, yah?"

"Adek lagi suka sama seseorang, atau sudah ada yang menyatakan perasaan sama adek?."

Deg

Salsha terkejut mendengar pertanyaan ayah. Apa selama ini ayah sudah tau kalau ia menyukai Zidane? Bagaimana bisa ayah bertanya seperti itu?

"Hmm...ke-kenapa ayah nanya kaya gitu?" tanyanya gelagapan.

"Enggak. Ayah cuma nebak aja. Habis belakangan ini adek keliatan sering murung dan jadi lebih pendiam."

"Adek boleh jujur, yah?"

"Ya boleh dong sayang." balas Ayah

"Sejujurnya...adek memang sudah menyukai seseorang sejak lama. Adek selalu mendoakannya disepertiga malam. Dan selama ini adek gak pernah tau perasaan orang itu sama adek. Tapi setelah selesai ujian, dia mengajak adek bertemu di taman. Dia mengungkapkan perasaannya selama ini sama adek. Jujur adek sangat senang sekali mendengernya. Tapi ada satu hal yang membuat adek bingung yah."

Cinta Dalam Ikhlas (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang