Dirinya sekarang ini tengah berada di taman. Nadia menemani anak-anak yang tengah bermain gelayunan, atau bermain bola. Nadia bercerita dengan anak-anak yang ingin mendengar cerita Afifah.

Nadia duduk di karpet yang dibawa oleh Ayu. Anak manis yang jarang sekali berbicara. Disini Nadia bisa melihat sikap dan sifat anak-anak. Mereka berbeda, ada yang memang pendiam, atau bawelnya minta ampun. Entah perempuan atau lelaki, sama-sama aktif.

Afifah dan Zhafira tengah membantu Bu Rumi memasak untuk makan siang. Bian juga ikut membantu mengupas buah-buahan karena rencananya mereka akan ngerujak.

Bian awalnya menolak dan tidak ingin melakukan kegiatan yang sering di lakukan oleh perempuan, namun dirinya di ancam tidak akan dapat jatah makan siang dan sore.

"Teteh Nadia, ceritain kisah Nabi-nabi dong," usul Ucup, anak lelaki yang aktif dan yang paling ceria.

Nadia memegang dagunya, pura-pura memikir terlebih dahulu. "Em, mau nggak ya,"

"Harus mau Teteh!" serbu anak-anak dengan memperlihatkan pumpi eyes milik mereka.

Nadia tertawa dan mengangguk. "Iya-iya Teteh ceritain. Tapi yang ikhlas tolong buatkan Hanan susu ya. Mau Teteh buatin tapi Hanannya nggak mau di lepas,"

"Amel aja Teh," ucap Amel.

Nadia girang, ternyata Amel yang sedikit pemalu mau membantunya. "Baik Amel. Terimakasih ya,"

"Iya Teh sama-sama,"

Dari arah lain, sepasang mata tengah memperhatikan gerak-gerik Nadia yang tengah bercerita. Orang itu terus melihat Nadia dengan tatapan kagum.

Terlihat di matanya, rasa ingin memiliki. Rasa cinta yang menggebu-gebu, juga rasa rindu karena jarang bertemu.

🕊️🕊️🕊️

"Waktunya makan!" Bu Rumi mempersilahkan anak-anak agar makan dengan rapih.

Anak-anak makan di bawah dengan alas karpet bersama-sama. Karena meja makan dipakai oleh Nadia dan teman-temannya. Mereka juga memang sering makan di karpet, dengan wajah yang ceria juga gembira.

Nadia, Zhafira, Afifah, dan juga Bu Rumi sudah mulai memasukan makanan ke dalam mulut mereka. Zaki dan Bian harus terlebih dahulu membeli susu di mini market yang jaraknya lumayan jauh.

Stok susu dan juga yang lain sudah habis, Bu Rumi berniat ingin membeli sendiri, namun Zaki menyuruhnya untuk makan saja dan membiarkan dirinya dan Bian saja yang pergi.

"Anjir mana ini mini market," keluh Bian saat berada di dalam mobil.

Sedari tadi Zaki muter-muter namun belum terlihat mini market satu pun. Kampung ini memang jauh dari keramaian. Kampung ini cocok untuk orang yang ingin menenangkan dirinya dengan kesunyian.

"Coba cek map aja," kata Zaki dengan melirik-lirik mencari dimana letak mini market.

Bu Rumi bilang di sekitar daerah perumahan, namun Zaki belum menemukan perumahan di daerah sini. "Ada nggak yan," Zaki menoleh ke arah Bian. "Eh itu ada!" Zaki menepikan mobilnya, ternyata sedari tadi muter, akhirnya ketemu juga.

"Dasar ya lu mini market ngerepotin aja. Mana lagi gue laper. Zak sekalian beli makanan pengganjal laper gue lah," Bian mengelus perutnya yang terasa sakit akibat lapar.

Zaki mendengus dan mengambil dompet miliknya. "Nih lu yang beli." Zaki menyerahkan uang dan juga kertas data belanjaan yang harus di beli.

"Lah ko gue? Ya sama elu juga lah!" Bian menolak untuk membeli sendiri, apalagi dirinya tidak tahu menahu tentang barang ini.

"Udah ah cepet itu ada tulisannya. Gue mau ngerjain dulu bisnis,"

"Palamu!" Bian keluar mobil dengan membanting pintu karena kesal.

Zaki tertawa melihat itu, sebenarnya Zaki ingin tertidur sebentar. Dirinya kelelahan dan kurang bersemangat karena kurang tidur. Seharian ini dirinya belum bertemu dengan Nadia, itu juga yang menjadi alasan Zaki kurang bersemangat.

Pertanyaan yang Zaki berikan kemarin di taman belakang belum Nadia jawab. Karena kemarin terganggu oleh anak-anak yang merengek ingin mengaji bersama Nadia.

Ternyata baru sehari saja tidak bertemu membuat Zaki rindu. Padahal dirinya tinggal bertemu dengan Nadia, tapi rasanya seperti susah saja.

Virus rindu mulai bermunculan dan menjalar di tubuh dan pikiran Zaki. Mood Zaki kurang baik karena rasa rindu yang mengguncang. Ditambah lagi dengan dirinya yang di gantung.

Ternyata yang di gantung bukan perempuan saja, lelaki juga bisa merasakannya. Seperti Zaki saat ini, virus rindu dan juga kegantungan atas pertanyaannya yang belum di jawab membuatnya kelimpungan.

"Nadia-Nadia. Kamu membuatku candu saat pertama kali bertemu, lalu sekarang kamu membuatku merasakan sesak karena rindu,"

🕊️🕊️🕊️

Bandung, 9 Desember 2020

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum semuanya
Jangan lupa vote dan komen di lapak ini 😗

BismillahirrahmanirrahimAssalamualaikum semuanyaJangan lupa vote dan komen di lapak ini 😗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Takdir Cinta Nadia [SELESAI]Where stories live. Discover now