17. Bayang-bayang Masalalu

Mulai dari awal
                                    

"Aw," Nadia tersandung batu saat dirinya berjalan. Nadia tidak melihat ada batu yang menghalangi jalannya.

Dengan sedikit berjinjit, Nadia mengambil batu itu dan menyimpannya di pinggir. Walaupun itu hanya kebaikan kecil, lakukanlah.

Saat akan berjalan, Nadia menubruk bocah perempuan dan laki-laki yang tengah bermain lari-larian. "Eh adek lagi ngapain?" tanya Nadia dengan berjongkok.

Bocah perempuan itu tersenyum, "Aku lagi main kejar-kejaran sama adik aku Kak," ucap bocah perempuan berambut keriting itu. Wajahnya putih bulat, terlihat cantik.

Sedangkan si anak laki-laki yang umurnya mungkin di bawah Kakaknya itu hanya diam.

"Hati-hati ya nanti mainnya, takutnya adek jatoh," Nadia mencubit pipi anak perempuan itu.

"Iya Kak,"

"Siapa namanya?" tanya Nadia dengan tersenyum.

"Aku Putri di panggil Puput. Ini adekku, dia Habibi,"

Nadia mengangguk. "Puput sama Habibi ya, orang tua kalian dimana?"

Puput menunjuk salah satu tempat yang terlihat ada sepasang suami istri.

"Itu Bunda saya Ayah Puput," Puput menunjuk seorang lelaki dan perempuan yang tengah berbicara.

Laki-laki yang Puput tunjuk Ayahnya sedikit menoleh dan terlihat wajahnya di penglihatan Nadia.

"Dia?"

Lutut Nadia terasa lemas. Paru-parunya seakan-akan menyempit. Nafasnya terasa tak beraturan, jantungnya terasa sesak, sangat sesak.

Mata Nadia mulai berkaca-kaca, dilihatnya lagi laki-laki tadi, namun wajahnya kini membelakanginya, apakah Nadia tidak salah lihat? Apakah benar dia orang itu?

"Kakak kenapa?" Suara Puput menyadarkan Nadia.

"Eh nggak papa. Kakak permisi dulu ya, salam kenal." Nadia berlari mengabaikan teriakan dua bocah itu.

Entahlah hatinya saat ini sedang tidak baik-baik saja. Apakah benar apa yang ia lihat tadi? Sudah lama ternyata, dan dia sudah menemukan penggantinya bahkan sudah mempunyai buah hati yang terlihat cantik dan tampan.

🕊️🕊️🕊️

"Nad kenapa?" tanya Zhafira saat sudah berada di mobil.

Saat Nadia kembali dari kolam tadi, Nadia seperti menyembunyikan sesuatu. Perubahan juga mood Nadia terlihat tidak baik-baik saja.

"Aku nggak papa Ra, cuma kecapean aja," Nadia mencoba untuk menutup matanya, namun ia tidak bisa. Bayang-bayang wajah lelaki itu terus menerus berada di pikiran Nadia.

"Beneran nggak papa? Tadi juga kamu makan kaya nggak selera gitu Nad," Afifah mencoba untuk mengajak Nadia berbicara dengan kepala dingin.

Nadia menggeleng. "Nggak papa. Aku pengen tidur capek," ucap Nadia dengan menutup matanya.

Afifah dan Zhafira saling bertatap. Nadia itu bukan tipe orang yang gampang marah, dirinya tidak seperti Afifah yang baperan. Zhafira dan Afifah takutnya Nadia marah karena sudah menjahili Nadia tadi.

Takdir Cinta Nadia [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang