17. Si Cowok Emosional

Start from the beginning
                                    

Ah, kenapa juga dia selalu membandingkan kedua laki-laki itu. Mereka memang terlahir berbeda. Bukan begitu, Rena?

"Itu pelipis lo kenapa?" tanya Rena. Dia baru sadar bahwa cowok di hadapannya tengah terluka.

Pertanyaan Rena membuat Lintang meraba perban di pelipisnya. "Ah, ini, gue nggak sengaja kebentur tadi," jawab Lintang kemudian kembali menyesap es lemon tea pesanannya tadi.

Rena hanya manggut-manggut. "Oh iya, Nta, tadi lo bilang Netta sakit? Dia dirawat di rumah sakit?" tanya Rena penuh selidik.

Dalam sekejap mata, senyum yang tergambar di wajah Lintang memudar secara perlahan. Cowok itu lalu mengangguk.

Rena menatap Lintang serius. "Pantesan aja, beberapa hari ini dia nggak ke sekolah. Dia sakit apa, Nta? Kenapa bisa sampai masuk rumah sakit?"

Lintang tersenyum tipis. "Mungkin lebih baik kalo lo nggak tahu."

"Kenapa, Lintang? Apa karena dia benci sama gue?"

Lintang menggeleng. "Enggak, Ren. Memang karena gue nggak bisa ngomong ke siapa-siapa, ini sudah menjadi keputusan mutlak dari Gilang."

"Kenapa orang lain nggak boleh tahu?" tanya Rena lagi. Namun, Lintang hanya diam. "Yaudah biarin gue jengukin Netta," pinta Rena lalu berdiri.

Lintang menahan lengan Rena saat gadis itu hendak pergi. "Enggak sekarang, Ren!"

"Lintang, tolong cerita sama gue. Sebenarnya dia kenapa dan sakit apa? Kenapa gue nggak boleh tahu dan nggak bisa jengukin dia?" tanya Rena beruntun.

Lagi, cowok itu hanya diam. Membuat Rena kembali duduk di kursinya.

"Nta, please! Kalo memang harus dirahasiain, gue janji nggak bakal ngomong ke siapa-siapa. Gue cuman pengen tahu Netta kenapa. Jauh di lubuk hati gue, gue masih peduli sama dia."

Wajah Rena terlihat memelas. Gadis itu memohon dengan sangat. Rena sadar, kesalahannya pada Netta begitu besar. Dia sudah menghianati sahabatnya sendiri, merebut Reandra darinya. Waktu itu, Rena hanya mementingkan ego dan hawa nafsunya. Dia sama sekali tidak memikirkan perasaan Netta, bahkan apa yang akan terjadi nanti sama sekali tidak terlintas di benaknya.

Namun, bisakah Rena menebus semua kesalahan itu di sisa hidupnya? Dia ingin memperbaiki semuanya sebelum dia benar-benar pergi dari dunia ini. Terutama dan yang paling utama adalah mendapatkan kata maaf dari Netta, sahabat yang disakitinya selama ini.

"Dari kecil, gue udah sahabatan sama Netta. Dia udah nganggep gue saudara, tapi gue yang bodoh. Gue merusak semuanya, Nta."

Tanpa sadar, sebulir cairan bening mengalir di pipi kanannya. "Gue mohon, Nta! Ijinin gue buat minta maaf, gue janji akan menebus semuanya." Rena menyatukan kedua tangannya di hadapan Lintang. Membuat cowok itu merasa tidak enak.

Lintang menghela napas berat. "Oke. Gue bakal ceritain semuanya, tapi maaf, untuk saat ini gue belum bisa ngijinin siapa-siapa buat ketemu sama Netta, termasuk lo."

"Yaudah gapapa, Nta. Dengan lo cerita ke gue, itu udah lebih dari cukup kok," kata Rena. Senyum bahagia terpancar di wajahnya.

"Tapi lo harus janji sama gue dan diri lo sendiri. Lo nggak akan bilang ke siapa-siapa mengenai hal ini. Lo tahu, kan, konsekuensinya kalo sampai lo ingkar janji?" Lintang menatap Rena serius. "Bukan cuma Netta yang bakal benci sama lo, tapi Gilang, Sam, Farrel, Aldo, dan terutama gue. Kita semua bakalan benci sama lo," tegas Lintang sekali lagi.

Entah mengapa, ucapan Lintang membuat kerongkongan Rena kering seketika. Gadis itu meneguk ludahnya berat. Lantas mengangguk. "Iya, gue janji, Nta!"

NETTA [END]Where stories live. Discover now