01. Luka Masa Lalu

37.3K 1.4K 70
                                    

"Tercekam masa lalu memang sulit, tapi jangan pernah menyalahkan masa lalu. Ia juga ingin dikenang, bukan dilupakan."

***

Namanya Nesta Quenna Ramanita, panggil aja Netta. Gadis periang yang hanya mempunyai satu tujuan hidup, dia ingin bahagia.

Gadis itu menatap layar ponselnya yang tengah berdering, di sana terlihat jelas nama Gilang sedang menelepon. Lantas, dengan cepat dia menekan tombol berwarna hijau.

"Halo!"

Suara serak di seberang telepon membuat hati Netta menyeruak, seperti sedang berada di depan perapian. Dadanya menghangat seketika.

"Iya, ada apa, Lang?" tanya gadis itu kemudian.

"Lo sibuk nggak?"

Alis Netta mengernyit, "Eum, enggak. Kenapa emangnya?"

"Yaudah, sekarang lo siap-siap. Bentar lagi gue ke sana jemput lo."

"Lah, emangnya kita mau ke—"

Tuttut–tut ....

Gadis itu berdecak sebal. Pertanyaannya belum selesai. Namun, cowok itu sudah terlebih dahulu memutuskan sambungan teleponnya.

Netta segera meletakkan ponselnya di atas nakas lalu meraih handuk dan berlari menuju kamar mandi.

Gadis itu keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan ritual mandinya selama beberapa menit. Kemudian ia mengobrak-abrik seisi lemari yang penuh dengan pakaian. Hampir semua baju dia keluarkan, melemparnya ke sembarang tempat.

Ceklek!

Seorang wanita paruh baya bernama Andini masuk ke kamar Netta. Ia menggeleng setelah mendapati putri semata wayangnya mengobrak-abrik lemari pakaiannya. Bahkan gadis itu tidak menyadari kedatangannya.

"Ya ampun, Netta!" Andini memungut beberapa lembar baju yang tadi putrinya lempar ke arah pintu.

"Ibu," rengek Netta, setelah pakaian dalam lemarinya habis ia keluarkan. Ia berjalan mendekati ibunya yang sudah duduk di tepi ranjang.

"Ada apa, sayang?" Andini meraih tubuh putrinya yang masih terlilit handuk berwarna putih ke dalam dekapannya.

"Gilang ngajak aku keluar, Bu." Gadis itu bergelayut manja dalam dekapan sang ibunda.

"Loh, terus kenapa sedih gitu?" Andini mengusap kepala anak gadisnya itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Andini meregangkan pelukannya, "Dan ini kenapa isi lemari berantakan begini?" ucapnya sembari menatap lekat putrinya.

"Netta nggak ada baju, Bu." Netta merengek seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan baru.

Ibunya tersenyum geli melihat tingkah putrinya itu, ia masih sangat mirip Netta kecil yang manja.

Iya, Netta memang sangat manja. Dari kecil hingga sekarang, meski ia sudah beranjak dewasa.

Ayahnya meninggal saat Netta masih berumur 6 tahun, ia masih begitu kecil untuk kehilangan sosok ayahnya. Ia belum siap akan hal itu, ia masih sangat butuh sosok pelindung, seperti ayahnya. Namun, tak ada yang bisa menyalahkan Tuhan, ini semua sudah digariskan oleh-Nya. Ini sudah menjadi takdir, sudah seharusnya ia menerima dan mengikhlaskan.

Pahit! Namun harus ia telan.

Netta adalah satu-satunya yang menjadi alasan Andini tetap melanjutkan hidup, meski tanpa didampingi oleh suami yang sudah pergi duluan menghadap sang khalik. Karena itu, Netta hidup dan tumbuh menjadi gadis yang sangat manja, ia dibesarkan dengan limpahan kasih sayang dari ibunya.

NETTA [END]Where stories live. Discover now