13. Ujian

5.3K 430 41
                                    

SEBELUM BACA, ABSEN DULU YUK!
KALIAN DARI KOTA MANA AJA?

______________________________________

"Terkadang rencana Tuhan sulit untuk dimengerti. Namun pada akhirnya akan selalu ada hikmah di baliknya. Ujian itu pasti dan sabar adalah pilihan."

***

"Netta," panggil Gilang pelan. "Netta, bangun dulu." Cowok itu berusaha membangunkan Netta yang masih saja terlelap di atas brangkar. Gilang menepuk pelan pipi gadis itu, membuat kedua mata Netta mengerjap pelan.

"Hem, kenapa?" tanya Netta.

Gilang meraih semangkuk bubur di atas nakas lantas mengaduknya pelan. "Kamu makan dulu, ya," ucap Gilang.

Netta menggeleng. "Aku belum lapar, Lang."

Gilang menghembuskan napas panjang sembari menurunkan bubur itu ke pangkuannya. "Ini udah jam berapa, masa nggak laper, sih? Sekarang jadwal kamu minum obat, makan dulu, ya?" bujuk Gilang.

"Tadi aku makan kok, pas kamu lagi tidur!" kekeh Netta. Gadis itu memang sangat keras kepala, sekali bilang tidak, ya tidak! Tidak ada negosiasi. Hanya satu hal yang bisa mengubah pendiriannya, melihat cowok di hadapannya itu emosi hingga marah.

"Makan lagi aja, terus minum obat. Mau sembuh, kan?" bujuknya lagi.

Netta menghela napas panjang. "Yaudah obatnya siniin, tapi makanannya simpen aja dulu."

Sepertinya Netta memang merupakan cerminan diri Gilang. Mereka sama-sama keras, namun mereka juga bisa saling melemahkan. Kelemahan Gilang adalah Netta, begitu juga sebaliknya. Mungkin inilah yang dinamakan garis takdir.

"Yakin nggak mau makan masakan ibu?" ucap seseorang dari balik pintu.

Netta menoleh ke arah pintu dan mendapati Andini, sang ibunda yang tengah tersenyum hangat kepadanya. "Ibu!" teriak Netta antusias. "Netta kangen, Bu," lirihnya kemudian. Netta merentangkan kedua tangannya, ia ingin segera memeluk ibunya. Netta sangat merindukannya. Sungguh!

Andini berjalan menghampiri Netta yang kini duduk di atas brangkar. "Ibu juga kangen, Sayang." Andini kemudian mendekap putri semata wayangnya itu.

"Ibu udah dari tadi di sini? Aku tidurnya kelamaan, ya?" tanya Netta. Dia masih setia bergelayut manja di pelukan ibunya.

"Dari sejam yang lalu," jawab Andini.

Netta menatap tajam ke arah Gilang. "Gilang, kok aku nggak dibangunin, sih?" tanya Netta sedikit melotot.

"Ibu yang ngelarang. Lagian kamu tidurnya pules banget, aku mana tega bangunin kamu," jawab Gilang sekenanya.

"Tapi, kan, ak—"

"Udah-udah, jangan nyalahin Gilang terus! Kamu butuh istirahat, Sayang," potong Andini cepat. Kalau dibiarkan, tidak akan ada habisnya mereka berdebat.

"Ibu abis masakin aku, ya?" tanya Netta pada ibunya. "Yaudah mana makanannya, Lang?"

"Sini aku suapin! Giliran ada ibu, semangat aja mau makan. Coba kalo aku yang minta, kamu nggak akan mau makan. Dasar manja!"

"Bodo!" Netta menjulurkan lidahnya ke arah Gilang.

"Aku mah apa atuh, cuma orang ketiga di antara kamu sama ibu."

***

"Se–sebenarnya saya sakit apa, Dok?" tanya Rena cemas. Kini gadis itu sudah diselimuti rasa takut.

NETTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang