09. Malaikat Penolong

6.7K 482 25
                                    

"Aku tidak pernah tahu akan berakhir seperti apa, yang ku tahu akan ada rencana Tuhan yang luar biasa."

***

"Halo," sahut seseorang di seberang telepon. Suaranya terdengar dingin dan berat.

"Rean, lo lagi sibuk nggak? Gue mau min—"

"Gue nggak bisa Ren, pagi ini tiba-tiba ada urusan!" potong Rean cepat.

"Tapi gue butuh lo, Rean," lirih Rena, sedikit meringis.

"Kalo lo butuh apa-apa, lakuin aja sendiri. Nggak usah manja! Gue nggak bisa terus-terusan berada di samping lo. Gue juga punya kesibukan yang lain, Ren."

"Tapi gue—"

"Nanti gue hubungin lo lagi!"

"Yan, gue—"

Rena belum menyelesaikan ucapannya, namun lebih dulu terdengar sahutan 'tut-tut-tut' di seberang sana. Sial! Laki-laki itu memutuskan sambungan teleponnya tanpa permisi.

Rena mendengus kasar. "Dia sibuk ngapain, sih?" decak Rena sebal.

Rena kembali mengutak-atik ponselnya, lantas membuat panggilan pada salah satu nomor di daftar kontaknya. Di layar ponselnya tertera nama, Amel. Cukup lama, dan ....

Nomor yang anda tuju tidak menjawab, silahkan lakukan panggilan ulang!

Beberapa kali Rena menghubungi nomor yang sama, tapi hasilnya tetap sama. Tidak dijawab.

Sial! Kenapa saat Rena membutuhkan mereka berdua, mereka malah menghilang. Lantas Rena harus minta bantuan kepada siapa lagi? Kedua orang tuanya sibuk bekerja. Tak ada kerabat dekatnya lagi di sana, hanya Rean, Amel dan ... Netta. Saat keduanya sibuk entah kemana, harapan satu-satunya hanya Netta. Tapi ....

Rena menggeleng cepat, ingin segera menepis pikirannya jauh-jauh. "Tahu diri, Ren!" ucap gadis berambut panjang itu pada dirinya sendiri.

Rena menurunkan kedua bahunya pasrah. Gadis itu meletakkan ponselnya di atas nakas, lantas mencoba berdiri. Wajahnya terlihat pucat, beberapa bulir keringat dingin siap meluncur di ujung pelipisnya. Rena merasa tidak enak badan.

Tangan kiri Rena bertumpu pada meja nakas di sebelah ranjangnya hingga kedua kakinya berhasil berpijak di lantai. Kakinya terasa lemas dan gemetar. Kepalanya sedikit pusing, juga perutnya terasa mual.

***

"Mau kemana lo?" tanya Samuel saat Gilang hendak keluar dari kamar itu.

"Gue mau cari orang itu, gimanapun caranya gue harus dapetin dia!" ujar Gilang datar, kemudian berjalan ke arah pintu. Membuat ketiga sahabatnya itu menatapnya cengo.

"Lang," panggil Samuel. Sontak membuat Gilang menghentikan langkahnya.

Gilang menghembuskan napas jengah lantas memutar tubuhnya ke arah sumber suara. "Apa lagi, Sam?" tanya Gilang acuh.

"Berpikir dulu sebelum bertindak, man!" ucap Lintang mewakili Samuel.

"Gue juga tahu! Lo bertiga diem aja di situ!"

Samuel menghempaskan tubuh bongsornya di sofa. "Gue nggak habis pikir, sih, cara kerja otak lo cuman sampai segini," protes Samuel terkesan menohok.

"Maksud lo apa, Sam? Lo nggak usah ngulur-ngulur waktu buat hal yang nggak penting!" Gilang kembali tersulut api emosi. Untuk sekarang, emosi seorang Gilang Mahawira Natha Gardapati memang sangat sulit dikendalikan. Salah sedikit, meledak.

NETTA [END]Where stories live. Discover now