17. Si Cowok Emosional

4.5K 325 24
                                    

"Rasanya ini tidak adil. Sedikit lagi, aku melupakannya. Tapi, kenapa dia harus kembali menemuiku?" -Netta

***

"Gue nggak nyangka sakit lo bisa separah itu, Ren." Lintang menatap iba kepada Rena.

Awalnya Lintang tidak percaya dengan ucapan Rena yang mengatakan bahwa dirinya tengah sakit parah. Cowok itu baru percaya setelah Rena memperlihatkan amplop berisikan surat diagnosa, di sana dinyatakan bahwa Rena positif mengidap kanker otak stadium tiga.

Kini mereka tengah duduk di kantin rumah sakit. Lintang yang tadinya sempat marah-marah pada gadis itu, kini merasa kasihan. Bukan apa, teman untuk sekedar berbagi cerita dan berkeluh-kesah pun dia tak punya. Orang tuanya masih lengkap. Namun, keduanya sama-sama sibuk menjemput pundi-pundi rupiah. Sementara Reandra yang berstatus pacarnya pun sibuk, yang entah kesibukannya seperti apa. Rena juga tak tahu dan tak berniat untuk cari tahu. Memikirkan hidupnya saja, dia tak sanggup. Bagaimana dia memikirkan hidup orang lain?

Rena menarik senyum simpul. "Bahkan gue sendiri pun nggak pernah nyangka, Nta. Mungkin nggak, sih, ini adalah karma buat gue? Mungkin ini balasan Tuhan buat gue, Nta," ujar Rena diiringi rembesan air mata di kedua pipinya.

"Enggak, ini bukan karma. Lo tahu, Tuhan nggak pernah bales dendam sama hamba-Nya. Tuhan Mahabaik, Ren."

"Terus kenapa Tuhan ngasih gue beban seberat ini, Nta? Kenapa harus gue? Rasanya gue nggak sanggup."

"Itu karena Tuhan ingin menguji lo dengan memberi ujian ini. Tuhan tahu kalau lo mampu melewatinya. Tuhan nggak akan ngasih cobaan di luar kemampuan hamba-Nya. Lo harus ingat dalih itu, Ren!" ujar Lintang memberi semangat.

Rena tidak pernah menyangka sebelumnya, Lintang bisa punya pemikiran yang sangat dewasa seperti ini. Selain tampan, Lintang adalah sesosok laki-laki baik, cerdas dan dewasa. Perempuan yang bisa mendapatkan hatinya kelak, pasti perempuan yang sangat beruntung.

"Gue yakin lo bisa ngelewatin ini semua. Gue yakin lo bisa sembuh," sambung Lintang. Ia berusaha meyakinkan Rena.

Mendengar penuturan Lintang, Rena hanya bisa tersenyum, meskipun hambar. "Tapi gue nggak yakin, Nta. Lo tahu sendiri, kan, bagaimana bahayanya penyakit seperti ini? Kanker itu penyakit mematikan. Dokter juga bilang, kemungkinan gue buat sembuh itu kecil," ujar Rena dengan lesu.

"Bukan berarti lo harus nyerah, kan? Meski kecil, kemungkinan buat sembuh masih ada. Sekecil apapun kemungkinannya, kalo ada harapan di dalamnya, gue yakin kemungkinan itu bisa jadi besar," ujar Lintang. Lagi-lagi berusaha meyakinkan.

"Gue harap lo jangan pesimis kayak gini lagi, lo harus yakin bisa sembuh. Lo bisa lawan penyakit itu," lanjut Lintang.

"Tapi gimana kalo gue yang kalah, Nta?"

"Nggak akan! Gue tahu lo kuat."

Rena mengangkat wajahnya, menatap mata Lintang. "Kenapa lo masih baik aja sama gue? Gue udah nyakitin hati lo, juga nyakitin hati Netta."

Karena sampai sekarang gue masih sayang sama lo, Ren.

Lintang menggenggam tangan kanan Rena yang ada di atas meja. "Tuhan aja memaafkan, kenapa gue enggak? Selama lo punya niat buat memperbaiki dan menebus kesalahan lo, gue bakal dukung lo."

"Makasih, ya, Lintang."

Lintang mengangguk seraya menyunggingkan seulas senyum hangat. Seketika membuat Rena tertegun. Selain karena senyumnya yang manis, juga sosoknya yang berhati malaikat bagi Rena.

Seandainya Lintang itu Rean.

Kalimat itu yang terus Rena rapalkan dalam hati. Namun, hatinya kembali mencelos jika mengingat Reandra yang tidak mungkin bisa menjadi seperti Lintang.

NETTA [END]Where stories live. Discover now