54. Tempat Berbagi (2)

349 51 6
                                    

If you like and enjoy this story, please appreciate this story by giving vote and some comment.

Thank you.

*****

Adijaya tertawa pelan melihat ekspresi terkejut semua orang yang ada di sana. Pasalnya, tembakan yang ia lepaskan untuk kedua kali tadi sengaja ia belokkan dari posisi Nabastala berdiri. Pria itu masih belum puas menikmati permainannya.

Dengan gerakan secepat kilat, tangan kiri Adijaya mengeluarkan pistol lain dari saku jas. Kemudian menempelkan ujung pistol itu tepat di pelipis Rahardian. Sehingga membuat Rahardian membatu. “Saya tidak ingin melukaimu, Nabastala. Kamu bukan target saya. Jadi, serahkan Senja kepada saya atau om kesayanganmu ini meregang nyawa!”

Kedua netra Nabastala membola melihat aksi nekat Adijaya. Pemuda itu tidak bisa memilih antara Rahardian dan Senja. “Jangan gila! Saya enggak akan membiarkan Anda melukai keduanya!”

Adijaya tersenyum miring. Kini tatapannya jatuh kepada Senja yang ketakutan dalam dekapan Nabastala. “Kamu ingin membuat orang lain mati demi menyelamatkanmu, Senja?”

“Enggak. Jangan. Nabas selamatkan Om Rahadian aja,” gumam Senja setelah menatap pria yang tampak pasrah di samping Adijaya. Meskipun belum pernah bertemu langsung dengan Rahardian, Nabastala pernah menunjukkan foto pria itu ketika ia diajak ke rumah Atma.

Nabastala menunduk menatap Senja yang mendongak menatapnya. “Sa, aku—”

“Pilih om kamu ini atau Senja? Waktumu tidak banyak, Nabas!” geram Adijaya.

Senja memaksa turun meskipun sebelah tangannya harus digenggam Nabastala. Gadis itu belum terlalu kuat untuk berdiri lantaran pinggang dan kepalanya masih terasa sakit. “Jangan melukai Om Rahardian,” mohonnya sambil berusaha melepas genggaman Nabastala dan berniat mendekati Adijaya.

“Jangan, Sa, please ....” Nabastala mempererat tautan jemarinya dengan Senja dan menarik gadis itu.

Sementara di sisi lain, salah satu anak buah Rahardian mendekati Adijaya. Pria itu bermaksud menarik Rahardian dari Adijaya. Namun, gerakannya sudah dibaca dengan cepat oleh Adijaya yang memperhatikannya melalui ekor mata.
“Selangkah saja kamu maju, maka bos lemahmu ini akan menemui ajalnya.”

Adijaya tersenyum puas saat berhasil membuat anak buah Rahardian mundur kembali. Pria itu beralih menatap Senja. “Kemarilah, Sayang.”

“Jangan berani menyentuh mereka atau aku yang akan menghabisimu!” Seorang pria yang baru saja turun dari mobil, berjalan cepat ke arah Senja. Pria yang tidak lain adalah Bentala itu menatap penuh amarah kepada Adijaya.

Sementara Adijaya justru tersenyum miring, enggan menanggapi ancaman sang musuh bebuyutan. Ia merasa diuntungkan dengan kedatangan pria itu. Pasalnya, ia tidak perlu menghabiskan banyak tenaga untuk melenyapkan dua orang yang sudah lama ingin ia singkirkan.

Hanya dengan satu tarikan pelatuk, kupastikan Bentala dan Senja mati bersamaan batinnya sambil tersenyum licik saat melihat kini Bentala menggendong Senja yang tampak lemas.

Adijaya mendorong Rahardian hingga pria itu tersungkur, lalu mengantongi pistol di tangan kiri ke saku jas. “Say goodbye to the world, Ben,” gumamnya sambil mengarahkan pistol di tangan kanan ke arah Bentala dan Senja.

Dor!

Tembakan itu membuat Rahardian dan Bentala terkejut. Sebab, beberapa detik saat timah panas dilepas, Nabastala dengan cepat mendorong kuat tubuh Bentala sehingga pria itu bergeser sekitar satu meter dari tempat semula. Sementara Nabastala memejamkan mata seiring rasa sakit yang menyerang lengannya. Pemuda itu mengorbankan diri untuk Senja dan Bentala.

Nabastala Senja (END)Where stories live. Discover now