1. Hari Pertama

2.4K 156 12
                                    

If you like and enjoy this story, please appreciate this story by giving vote and some comment.

Thank you.

*****

Seorang gadis remaja berjalan gontai menuruni satu per satu anak tangga. Pandangan yang sedari tadi tertuju pada sepasang sepatunya, kini beralih ke arah ruang makan. Tampak seorang wanita berusia 39 tahun sedang menyiapkan sarapan untuk sang suami dan sang putri. Sesekali terdengar canda tawa di meja bundar itu.

"Senja, subuh tadi kamu sudah mengulangi apa yang kamu pelajari semalam, 'kan?" sapa wanita tadi tanpa menoleh. Tangannya masih sibuk mengambilkan lauk untuk sang suami.

"Udah, Bun."

Senja, gadis yang sudah bersiap dengan seragam putih abu-abunya itu tersenyum tipis. Jaket yang saat menuruni tangga tadi tersampir pada bahu, kini disampirkan pada kursi. Ia mulai menggeser pelan kursi kayu berukir bunga, tanpa menimbulkan suara. Ia kemudian tersenyum manis pada gadis yang berada di sampingnya.

"Pelan-pelan aja, Ca." Sang bunda terkekeh, lalu mengusap puncak kepala gadis di samping Senja dengan lembut.

"Kak Senja hari ini berangkat sama Caca, 'kan?" Mata beretina kecokelatan itu berbinar, penuh harap. Membuat Senja menampilkan senyum manis.

"Enggak. Kakak harus berangkat pagi."

Binar mata Caca pun redup seketika. Bibir mungilnya mengerucut. Sangat menggemaskan. Gadis itu lalu menghentikan suapan nasi goreng ke mulutnya.

"Kenapa tidak dihabiskan, Sayang?" Sang ayah yang sudah selesai makan pun mengelap bibir menggunakan tisu.

"Caca mau berangkat sama Kak Senja, Ayah," rengek gadis itu sambil menggoyang-goyangkan lengan sang ayah.

"Ya sudah. Senja, cepat selesaikan sarapanmu!" ujar pria itu dingin.

Tanpa menjawab apa pun, Senja menuruti perintah sang ayah. Satu centong nasi goreng yang masih hangat segera dihabiskan. Sedikit terburu-buru lantaran mendapat tatapan dari seberang meja. Ia kemudian segera menghabiskan segelas susu putih dan bersiap pergi.

*****

Mobil yang dikendarai Adijaya tiba di depan SMP Gagasan 1. Caca yang selama perjalanan terlihat ceria segera mencium punggung tangan dan pipi sang ayah. Sebagai balasan, gadis itu mendapat kecupan lembut di kening. Senja yang duduk di belakang tersenyum melihat keharmonisan pasangan ayah dan anak itu.

"Dadah, Kak Senja!" seru gadis yang tahun ini akan berusia tiga belas tahun itu sambil melambaikan tangan pada Senja.

"Dadah!" Senja membalas lambaian tangan yang mulai menjauh dari pandangannya.

"Turun!" titah pria yang duduk di kursi kemudi begitu Senja mengalihkan pandangan dari sang adik.

Seperti sudah terbiasa, Senja mencium punggung tangan pria itu sebelum turun. Mobil silver di depannya pun melaju. Bersamaan dengan langkah cepat Senja untuk melanjutkan perjalanan ke sekolah. Hari ini merupakan hari pertama ia bersekolah di tempat yang baru. Ia tidak ingin mendapat catatan buruk dari guru.

Namun, keinginan itu sulit terlaksana. Angkutan umum yang ditunggunya sejak tadi tidak juga muncul. Padahal ia sudah berangkat pagi. Kini, keringat pun membasahi dahi hingga menuruni leher. Ia sampai mengibaskan telapak tangannya di depan wajah untuk sedikit memberikan efek sejuk.

Dengan terpaksa, Senja pun melepas jaketnya dan melanjutkan perjalanan. Sesekali menyeka peluh yang kembali membasahi wajah. Seragam yang awalnya rapi pun tampak kusut dan sedikit basah. Gadis berhidung mancung itu berjalan cepat tanpa menghiraukan tatapan orang yang dilewatinya di jalan.

Nabastala Senja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang