41. Pengakuan Nabastala

375 50 10
                                    

If you like and enjoy this story, please appreciate this story by giving vote and some comment.

Thank you.

*****

Nabastala keluar ruangan saat jam di pergelangan tangan kirinya menunjuk pukul 16.45. Sejak satu jam yang lalu, ia memang belajar banyak mengenai dunia bisnis bersama salah satu karyawan kepercayaan Rahardian. Rutinitasnya ketika tidak memiliki jadwal sepulang sekolah.

Pemuda yang mengenakan kemeja biru muda dengan lengan digulung hingga siku itu seolah tidak memiliki rasa lelah. Padahal, ia baru meninggalkan sekolah pada pukul 15.00. Hanya pulang sebentar, lalu pergi ke kantor. Semua ia jalani demi tanggung jawab yang kelak akan ia pikul jika Rahardian menyerahkan jabatan padanya.

"Loh, kamu ke sini lagi?" tegur Adijaya setengah terkejut saat keluar dari ruang rapat bersama Rahardian. "Ingin bertemu kerabatmu lagi?"

"Kerabat yang katamu bekerja di sini namanya siapa? Om jadi penasaran," lanjut Adijaya setelah Nabastala mengangguki pertanyaannya.

"Kalian sudah bertemu sebelum ini?" Pertanyaan Rahardian menginterupsi.

Nabastala menatap Rahardian dengan senyum penuh arti. "Ya, Om."

Melihat Adijaya masih kebingungan, Rahardian menghela napas. "Aku kerabat yang dimaksud Nabas."

"Hah?" beo Adijaya.

"Pemuda tampan di depan kita ini Nabastala Arya Satya. Putra tunggal Bagaskara Satya, sepupuku, sekaligus teman kita sejak SMP," jelas Rahardian. "Masih ingat almarhum Bagas atau tidak?"

"Oh ya?!" pekik Adijaya. "Dunia begitu sempit ternyata."

Nabastala tersenyum tipis. Sementara Rahardian mengajak Adijaya duduk santai di ruangannya. Sambil sesekali melirik Nabastala penuh arti, pria itu menanggapi pembicaraan Adijaya. Namun, ia tidak sepenuhnya mendengarkan apa yang keluar dari bibir Adijaya. Ia lebih memperhatikan Nabastala yang hanya bergeming sambil memandangi sebuah polaroid.

"Oh ya, Bas. Festival musik tadi bagaimana hasilnya?"

*****

Jam baru menunjuk pukul 13.00 saat pembawa acara mengatakan bahwa peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum pengumuman pemenang. Hal itu membuat Bu Sofia dan Nabastala sedikit panik. Sebab, setelah Nabastala meminta izin atas kepulangan Senja yang mendadak tadi, mereka sama-sama tidak tahu jika pengumuman akan disampaikan selang satu jam dari penampilan terakhir. Sementara Senja belum kembali usai meninggalkan sekolah sejak tiga jam yang lalu.

Tanpa menunggu perintah, Nabastala berpamitan kepada Bu Sofia untuk menjemput Senja ke tempat yang sudah diberitahukan gadis itu padanya melalui pesan singkat. Setelah membalas pesan itu, ia bergegas meninggalkan sekolah. Memacu motor lebih cepat daripada biasanya. Membelah jalan yang cukup ramai lantaran bertepatan dengan jam makan siang.

Begitu motor merahnya berhenti tepat di depan sebuah toko kue, Nabastala terhenyak. Ia baru menyadari bahwa tempat yang ia pijak sekarang merupakan tempat di mana Karsa dan Nina biasa membeli brownies kesukaannya. Sekaligus menjadi tempat yang selama ini ia hindari. Bukan karena toko itu sendiri, melainkan karena letaknya yang bersebelahan dengan warung sate.

Nabastala Senja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang