34. Pernah Sedekat Nadi (2)

381 57 4
                                    

If you like and enjoy this story, please appreciate this story by giving vote and some comment.

Thank you.

*****

"Jangan! Senja alergi udang," sergah Nabastala tiba-tiba.

Sontak, semua mata menatap pemuda itu. Kemudian mereka saling pandang dengan kening berkerut. Namun, tentu saja Senja merupakan orang yang paling terkejut di sana. Gadis itu bahkan sampai menoleh cepat dengan kedua alis bertarung.

Selama ini, yang mengetahui tentang alergi itu hanyalah keluarganya dan Lastri. Selain mereka, Senja ingat betul siapa yang juga mengetahui hal itu. Hanya sahabat masa kecilnya. Ketika itu, ia memakan udang asam manis bersama ayah sang sahabat di sebuah rumah makan dekat taman. Kulitnya merah-merah dan gatal beberapa menit kemudian.

"Kamu tahu dari mana?" tanya Senja dingin setelah menyudahi bayangan dalam benaknya. Sepasang netra gadis itu menyelidik, memperhatikan Nabastala yang tampak gugup.

"Rahasia," jawab Nabastala sambil mengulas senyum tipis.

Senja menaikkan sebelah alis. Ia mencoba menyambungkan teka-teki dalam pikirannya. Masih menatap Nabastala untuk menuntut jawaban yang memuaskan. Sebab, ia dapat melihat ada sesuatu yang disembunyikan oleh pemuda di sampingnya. Namun, ia tidak dapat menduga-duga.

"Lah, malah tatap-tatapan," tegur Roy yang memperhatikan kedua temannya secara bergantian. "Bentar lagi bel."

Senja memutuskan untuk mengemasi buku-bukunya dan pergi dari sana. Meskipun jawaban Nabastala masih mengusik rasa penasaran gadis itu, ia tidak ingin mendesak. Baginya, hal terpenting saat ini adalah persiapan untuk festival musik dan OSK. Ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya.

Nabastala hanya melihat kepergian Senja, tidak berusaha mengejar. Pemuda itu tersenyum samar menatap punggung gadis yang pernah sedekat nadi dengannya. Ada kebahagiaan membuncah yang memenuhi rongga dadanya. Kebahagiaan yang ia sadari telah hilang selama enam tahun terakhir.

*****

Seorang pria bertubuh tinggi menjabat tangan pria di hadapannya dengan erat. Sebuah senyum kepuasan tercetak pada bibirnya. Apalagi setelah melihat sendiri siapa yang akan bekerja sama dengan perusahaannya dalam beberapa waktu ke depan. Meskipun jauh-jauh hari Bani juga telah memberikan laporan mengenai profil perusahaan yang mengajak Adijaya Group mengerjakan proyek di daerah Sukabumi. Namun, melihat sang pemilik perusahaan datang langsung merupakan suatu kehormatan baginya.

"Senang sekali bisa berjumpa dengan kamu lagi, Har!" seru pria itu setelah jabatan tangan mereka terlepas.

Rahardian hanya tersenyum kecil. Kemudian memindai tubuh pria di hadapannya dari atas sampai bawah. "Kamu terlihat lebih berisi daripada belasan tahun lalu."

"Ya, tentu saja. Aku sangat bahagia sejak menikah dengan Rina."

Kita akan lihat setelah beberapa waktu ke depan, Adijaya Santosa batin Rahardian.

*****

Kedua sudut bibir Aldi tertarik ke atas melihat Senja yang berjalan ke arah toilet. Dengan langkah lebar, pemuda itu menyusul sambil sesekali menoleh ke belakang. Ia tidak ingin usahanya untuk mendekati Senja gagal total jika Nabastala hadir tiba-tiba. Namun, harapan itu lenyap saat Senja tiba-tiba berbalik badan dan menatap datar.

"Kenapa mengikuti saya?"

"Enggak. Gue cuma pengen dekat sama lo. Pengen tau banyak hal soal lo. Boleh, dong."

Senja mengembuskan napas berat. "Enggak."

"Kenapa? Dilarang sama Nabas? Gue lihat kalian makin dekat. Kalian enggak pacaran, 'kan?"

Nabastala Senja (END)Where stories live. Discover now