38. Pria Itu (2)

393 55 8
                                    

If you like and enjoy this story, please appreciate this story by giving vote and some comment.

Thank you.

*****

Setelah tiga belas tahun berlalu, akhirnya Bentala dapat kembali menghirup udara sejuk kota kelahirannya, Bogor. Sekaligus mengundang kilas balik kenangan pria itu bersama keluarga. Termasuk kenangan bersama Cakrawala, sang saudara kembar yang sudah terlebih dulu berpulang.

Bentala masih mengingat jelas cerita kedua orang tua mereka mengenai nama yang diberikan. Cakrawala berarti langit (tempat bintang-bintang), kaki langit. Sementara Bentala berarti bumi, tanah. Dua nama yang saling bertolak belakang dan berlawanan.

Meskipun begitu, kedua orang tua mereka tidak bermaksud untuk membandingkan. Justru dengan nama itu, keduanya berharap Bentala dan Cakrawala dapat saling melengkapi, bukan saling menjatuhkan.

Harapan itulah yang membuat sepasang saudara kembar berparas tampan itu saling menjaga dan melindungi. Seberat apa pun masalah, mereka terbiasa berbagi dan saling membantu sejak kecil. Mereka juga tetap saling mendukung, meskipun memiliki minat dan bakat yang berbeda. Bentala di bidang kedokteran, sedangkan Cakrawala di bidang bisnis.

Keduanya juga saling menjaga perasaan masing-masing. Termasuk menghindari rasa cinta pada perempuan yang sama. Mereka sudah berjanji untuk tidak saling bersaing, hingga kemudian mengenal Rina yang merupakan adik kelas mereka saat duduk di bangku SMP. Kedekatan yang akhirnya membuat Cakrawala jatuh cinta pada perempuan berusia dua tahun di bawahnya itu saat mereka dipertemukan lagi di SMA yang sama.

Janji yang pernah diucapkan pada kenyataannya tidak sejalan dengan hati Bentala. Saat memasuki bangku perkuliahan, tumbuh cinta di hatinya untuk Rina. Perasaan yang akhirnya mau tidak mau ia kubur dalam-dalam. Apalagi saat melihat kebahagiaan sang saudara kembar setiap bersama Rina. Ia sadar diri dan menyerah ketika pada usia 24 tahun, Cakrawala menikahi Rina. Sementara ia memilih fokus melanjutkan pendidikan dokter.

Namun, perasaan itu ternyata tidak mudah untuk ia kalahkan. Beberapa hari sebelum meninggalnya Cakrawala, ada pesan tersirat yang membuat perasaan cinta itu kembali naik ke permukaan. Menimbulkan gejolak dan keinginan memiliki yang bertahun-tahun disimpannya seorang diri.

"Seandainya aku pergi, kamu mau menggantikan posisiku untuk Rina? Aku laki-laki dan aku tahu apa yang dirasakan sesamanya. Apalagi itu kamu, saudara kembarku sendiri."

"Bentala, 'kan?!" tegur seorang pria dengan sneli putih disampirkan pada lengan kiri. Kemudian duduk di depan Bentala.

Bentala merasa kembali ditarik ke dunia nyata setelah beberapa lama melamun di meja kantin rumah sakit. "Kamu ... Yaris?"

"Tepat sekali!" sahut Yaris antusias sambil menjentikkan jari. "Jadi, dokter baru itu kamu, Ben?"

"Iya. Kemarin siang aku tiba di Indonesia."

Yaris berdecak. "Kenapa tidak mengabariku? Tau begitu kemarin sore aku meluncur ke rumahmu."

"Rumahku pindah. Lagi pula, kemarin sore aku ke rumah keponakanku," sahut Bentala, lalu terkekeh. "By the way, kamu sudah lama bekerja di sini?"

Yaris terkekeh. "Sudah lima tahun. Sebelumnya di rumah sakit di Sukabumi selama lima tahun juga."

Bentala menyeruput jus mangganya dalam diam, lalu mengangguk-angguk. "Ada pengalaman menarik yang sepertinya aku tidak tau, huh?" tanyanya diiringi kekehan.

"Kamu benar. Lima tahun di Sukabumi aku menghadapi satu pasien yang mengalami trauma akibat kecelakaan tragis tiga tahun sebelumnya."

Bentala terdiam sesaat. Lima kata terakhir sahabat lamanya itu masih menyisakan perasaan sesak tersendiri dalam dada. Sebab, itu menyangkut kepergian Cakrawala, sekaligus keputusannya pindah ke Australia. Tahun yang dimaksud pun merupakan tahun yang sama dengan insiden kecelakaan Cakrawala.

Nabastala Senja (END)Where stories live. Discover now