13. Dia baik

3.7K 437 46
                                    

Setiap isak tangismu di malam hari, Allah melihat

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Setiap isak tangismu di malam hari, Allah melihat.
Sakit yang tertahan di dadamu, Allah mengerti.
Allah tidak pernah meninggalkanmu, Dia selalu ada mengusap airmatamu dengan kasih sayang.

*****

"Ayah?"

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Ayah?"

Lelaki itu menoleh pada gadis kecil yang memakai hijab berwarna biru muda. Ia sangat cantik berwajah bulat pipinya kemerah-merahan, hidungnya mancung dan bibirnya merah pucat. "Iya sayang?"

Gadis itu melempar batu dikolam kecil didepannya. "Ayah, temen main Nai ada yang jahat sama Naila, kan Naila cuma mau main bareng mereka tapi mereka ejek Naila katanya nggak punya Ayah, padahal kan Nai punya Ayah." adunya dengan mulut mengerucut.

Dzaki tertegun dengan ucapan Naila anaknya. Memang berita antara dia dan Hanum sudah menyebar luas. Bahkan Dzaki tidak pernah tega melihat Hanum menangis karena kelakuan tidak sadar lelaki itu.

Dzaki memegang pundak anak gadis kecilnya. Naila menoleh dengan raut muka menggemaskan menatap Dzaki. Lelaki itu tersenyum manis membuat anaknya ikut tersenyum.

"Ayah selalu ada buat kamu sama Mufid. Mau gimana pun Ayah Naila cuma satu. Ayah selalu ada kalau kamu sedih maupun senang. Kamu selalu bisa sapa Ayah dari doa setiap hari. Dan kalau kamu rindu Ayah coba lihat bulan itu ada Ayah disana.."

"Kamu punya Ayah kok, ini siapa kalau nggak Ayah kamu? Ayah Dzaki Ayahnya Naila.." Lelaki itu menjelaskan dengan tenang, senyumnya yang mengembang dan penuturan yang sangat halus.

Gadis itu memilin tangannya dan menundukkan kepala. "Lalu Ayah kenapa nggak tinggal di rumah sama Umi? Kenapa harus Ayah tinggal di rumah Ayah sendiri? Kenapa Ayah kalau mau ajak main selalu jemput aku dulu? Dan kenapa Paman bilang Umi harus cerai sama Ayah?"

"Ayah? Emang cerai itu apa? Mereka yang di rumah aku tanyain hanya diam nggak ada yang jawab. Aku binggung tanya ke siapa? Pertanyaanku salah ya Ayah? Apa aku tanya ke Bu Guru aja?"

Dzaki semakin tercekat bibirnya keluh, hatinya sakit dan mengerutuki dirinya yang sangat cepat membuat keputusan yang entah bisa diterima kedua anaknya—karena penyakit ini ia harus memutuskan untuk perpisah.

SENDU (On Going)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon