6. Teman.

3.1K 402 22
                                    

Siapa yang mau berpisah dengan orangtua kandung? Siapa yang senang terlahir dari keluarga yang sudah terpecah? Siapa yang suka tumbuh tanpa adanya orangtua yang menemani? Adakah? Aku yakin tidak ada.

Melihat dua orang yang berpisah dan kamu ada ditengah-tengah mereka. Perdebatan, tangis dan bising adalah alunan nyanyian kematian yang selalu saja terdengar. Alunan yang tak akan pernah aku sukai kapanpun itu.

Naila Bilqis Al-Madinah.

*****

"Ayah, Nai pulang dulu ya udah sore. Nanti kalau Nai pulang dari Kampus kesini lagi. Besok kita cerita lagi ya, Sini, Nai, bersihin dulu sebentar." ucap Naila sembari mencabut rumput diatas makam yang bernama Dzaki Al-Ihsan.

Rumput sudah bersih dan bunga mawar menghiasi atas pemakaman. Naila tersenyum melihat indah makam Ayahnya.

"Ayo, kak Zein!"

Zein menatap Naila "Udah?"

"Udah,"

Naila berdiri membersihkan belakang gamisnya yang terkena tanah. Zein dan Naila beranjak berjalan menuju mobil Zein.

*****

"Mufid!" teriak Galen.

"Assalamualaikum, Mufid!" sahut Faqih keras.

"Mane lagi si, Mufid!" cerocos Ansel.

Mufid keluar dari pintu "Waalaikumussalam, ngapain?"

Temannya bertiga memutar bola matanya malas. "Mau main! Ya mau kerjain pr fisika lah! Kan udah janjian!" geram Ansel.

"Masuk!"

Faqih, Ansel dan Galen ikut masuk ke rumah Mufid mendudukkan diri mereka di sofa. Hanum dan Alfan dari belakang rumahnya melihat seperti ada tamu, ternyata benar.

"Eh ada tamu!" celetuk Hanum.

Mereka bertiga berdiri menyalami Hanum dan Alfan. "Mufid mana?" tanya Alfan.

"Masuk kamar tadi, Bi."

Teman-teman Naila dan Mufid memang memanggil kedua orangtua mereka dengan sebutan Abi dan Umi. Hanum dan Alfan senang jika mereka memnggil dengan sebutan seperti itu—terasa akrab.

Mufid ikut duduk di sofa dengan mengeluarkan alat tulis. "Ambil alat tulis, Bi." ucap Mufid.

Ia mendudukan tubuhnya disofa dekat Galen menatap keempat temannya sinis. "Katanya kerja kelompok tapi pada nggak bawa buku." ketus Mufid.

"Santai mas bro, tapi kita pada bawa bolpoin! Setidaknya kita modal!" Bangga Galen.

Hanum dan Alfan tertawa melihat tingkah remaja saat ini. "Ayo Bi, Bentar ya Umi bikinkan minum dulu.."

"Ih Umi, jangan, repot-repot" Ansel tersenyum malu.

"Banyak gaya lo! Nanti juga kalau dikasih sama Umi lo sosor juga!" Galen menggeplak lengan Ansel keras.

"Ash! sakit, Len, gila lo!"

Faqih merasa berisik selalu saja keduanya baik Galen dan Ansel selalu bertengkar. Saling pukul jika sudah kelelahan akan diam dengan sendirinya. "Aduhhh! Sakit kepala gue bege!" keluh Faqih mengusap rambutnya setelah tertimpuk buku tulis. Faqih berada diantara Galen dan Ansel yang masih berusaha saling memukul.

SENDU (On Going)Where stories live. Discover now