35. Ungkap

4K 561 127
                                    

Bagaimana bisa seseorang tersenyum dengan senyuman yang tulus? Sedangkan dirinya tercabik-cabik oleh beban kehidupan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagaimana bisa seseorang tersenyum dengan senyuman yang tulus? Sedangkan dirinya tercabik-cabik oleh beban kehidupan.

—SENDU.

Zein masih memeluk Naila dengan mata terpejam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zein masih memeluk Naila dengan mata terpejam. Pelukan dalam disore hari yang dihias dengan langit-langit senja seakan semesta ikut memeluk perempuan dengan jiwa yang rapuh. Awan-awan ikut menunduk menatap iba kedua orang yang hanyut dalam kepedihan.

Mata sendu yang selama ini menatap sekitar untuk memaklumi semua keadaan yang pernah menyakitinya, mencoba mengerti menatap ujian sebagai nikmat dan airmata yang keluar di malam hari. Naila benar-benar tidak punya penopang untuk tubuhnya sendiri—itulah mengapa ia tidak pernah membuka masalahnya kepada siapapun, karena jika sudah terpancing untuk bercerita sering kali lupa batasan.

Sama seperti ini, ia membuka semua ceritanya untuk Zein. Ada rasa penyesalan di hatinya namun apa boleh buat, sesuatu yang sudah diucapkan tidak akan bisa ditarik lagi. Tubuh Naila menjauh melepaskan pelukan Zein. Ia mengusap airmatanya pelan lalu menatap Zein sambil tersenyum seakan mengatakan bahwa Naila tetap masih baik-baik saja.

Tawa kecil yang keluar meskipun tangannya masih mengusap airmata. "Kak Zein, ih maafin ya, kok jadi nangis ini sih hehe.."

"Kalau masih belum lega buat nangis, nangis aja gapapa jangan ditahan, Nai. Kenapa nggak cerita ini ke temen lo? Atau Umi, Abi dan Mufid?" tanya Zein menatap Naila lekat.

"Apa semua orang nggak punya masalah? Semua orang punya masalah, kak, saat aku bercerita tentang beban ini sama saja menambah beban mereka. Bisa saja masalah mereka lebih berat daripada masalah Naila. Dan nggak semua orang bakal stay, kasih kita jawaban sesuai ekspektasi kita, kalau nantinya mereka nggak seperti bayangan kita nanti aku bisa memandang mereka dengan kekecewaan padahal mereka nggak pernah kasih harapan."

Lagi dan lagi Naila tertawa ringan dengan nada sumbang, siapapun yang berada di dekatnya bisa saja merasa jengkal dengan topeng manis namun terlihat piluh. Sudah tau rapuh mengapa masih bisa tertawa? Ternyata semesta benar-benar sudah berhasil merangkai dan menguatkan jiwa gadis ini dengan sempurna. Bagaimana tidak? Cobaan hidup sebanyak itu, ia masih saja bisa mengukir senyum di wajahnya.

SENDU (On Going)Where stories live. Discover now