27. Sisi lemah.

4.7K 602 193
                                    

Bagaimana mungkin kamu tertawa sedangkan luka di hatimu terbuka lebar?Kamu menjadi obat bagi orang lain, sedangkan dirimu terluka hebat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagaimana mungkin kamu tertawa sedangkan luka di hatimu terbuka lebar?
Kamu menjadi obat bagi orang lain, sedangkan dirimu terluka hebat.
Saat siang senyummu terlukis indah sedangkan kamu menangis setiap malam.
—Zein Axsa Aditama.

Setelah acara bedah buku selesai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah acara bedah buku selesai. Kini acara dilanjut tanda tangan buku Naila. Sudah satu jam ia menggerakan penanya bertanda tangan dan bertegur sapa secara langsung dengan pembacanya.

"Mau minta tanda tangan yang banyak dong, kak.. Biar bisa dijual." suara lelaki membuat Naila mendongkak kaget.

Tersisa 4 orang yang sedang baris. Semuanya adalah Adtent. Mufid, Ansel, Faqih dan juga Galen. "Ya Allah kalian beneran dateng?" Nada bicara Naila yang awalnya lelah terdengar riang.

"Oh jelas. Siapa yang nggak suka lihat perempuan cantik jelasin bukunya dengan penjelasan yang beuh mantep gan!" puji Galen melebih-lebihkan lalu disoraki ejekan Ansel dan Faqih. Naila tertawa lepas sedangkan Mufid menatap mereka datar.

"Keren banget, kak Nai! Daebakkk!" sahut Faqih.

"Wadaw, ada yang pensiun jadi orang arab nihh mau pindah kemana lagi lo, Qih? lahir di Arab, remaja di Indonesia, rencana mau menua di Korea, lo?"

Faqih tertawa keras mendengar penuturan Ansel. "Hahaha.. Iya sih rencananya gitu, jadi belajar bahasa korea lewat drakor sih gue."

"Kagak modal! Sultan arab kok belajar cuma lewat drakor? Khursus lah sana!" sewot Galen.

"Selagi ada yang gratis kenapa milih yang bayar?"

Galen tertawa remeh. "Modal donggg! Ganteng doang keluarin modal kagak!"

"Mau dimodalin berapa tuh mulut bos ku? Investasi saham gue dimana-mana, sabi buat beli mulut lo!"

"Sombong ogeb! Harta kagak dibawa mati elah! Sama-sama sultan dah lo berdua, bae-bae ntar kek Fir'aun, hii ngerii, Naudzubillah!" Ansel begidik ngeri.

"Tau! Berisik!" potong Mufid.

"Kak Nai, besok kalau Ansel mau gombalin cewek bikinin puisi dong, kak.." Ansel meringis jahil.

SENDU (On Going)Where stories live. Discover now