25. Insecure

4.4K 544 77
                                    

“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku”
– Umar bin Khattab.

“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku” – Umar bin Khattab

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah mengikuti beberapa anjuran Dokter saat ini badan Zein sudah benar-benar sembuh. Pagi ini ia berencana untuk mengunjungi Kafe karena dirasa sudah lebih baik-baik saja. Zein keluar dari kamarnya menuju meja makan, di sana Naila masih terlihat sibuk memindahkan ikan dari wajan.

"Sarapan dulu, kak.." tawar Naila menoleh ke arah Zein.

Zein hanya berdeham pelan sembari duduk di kursi ynang letaknya di depan kursi Naila. Rasa canggung menyelimuti keduanya. "Gue hari ini langsung ke Kafe udah sebulan lebih gue nggak kesana, nggak enak sama Dito." ujar Zein di sela-sela makan.

Naila tersenyum tipis, mungkin sekarang sudah selesai menghabiskan seluruh waktunya full dengan Zein. "Ah, iya hati-hati ya.."

Acara sarapan berjalan tanpa pembicaraan lagi. Zein memandang wajah putih perempuan di depannya. Cantik, putih, manis, pintar dan berakhlak. Zein meneguk ludahnya berusaha menghilangkan pikirannya tentang Naila.

"Em.. Anu kak, boleh Naila ikut ke Kafe nggak? Gini-gini kan Naila sekarang lagi free dan nggak ada kelas lagi, jadi mau numpang ikut ke Kafe kak Zein nanti Naila bakal mencar sendiri kok!"

"Kan ada ojol kenapa bareng gue?" tanya Zein.

"Iya sih.. Naila cuma lagi hemat aja.."

Zein merogoh kantung celananya meraih dompet coklat lalu mengeluarkan 10 lembar uang berwarna merah. "Pakai aja, kalau kurang bilang."

"Oh nggak, kak. Naila nggak minta uang kok.. Lagi hemat bukan berarti nggak ada uang."

"Ambil aja, itung-itung bayaran lo selama rawat gue."

"Ha? Bayaran? Cuma sejuta? Yah, ini mah nggak cukup atuh, kak. Naila kasih semua tenaga buat kakak, sabar banget bantu kakak.. Bayarannya cuma satu juta?"

Zein mengerutkan dahinya menatap Naila aneh. "Ya, terus lo minta berapa? Ribet udah dikasih tuh makasih, nggak pernah belajar terimakasih lo? Bodoh!"

"Makasih, tapi Naila nggak butuh uang."

'Terus?" tanya Zein jengah.

"Mau ikut ke Kafe sehari iniiii ajaaaa! Ya? Boleh?"

Lelaki ini mendengus kesal, matanya nyalang menatap Naila. Ia tampak memikirkan apa yang sudah dikatakan perempuan di depannya. "Oke! Sehari, lain hari jangan pernah lo ke Kafe gue lagi!"

Senyum Naila merekah, setelah mendengar perkataan Zein membuat perempuan ini merasa sangat senang. "Alhamdulillah! Makasih kak Zein!"

Sedangkan Zein menatapnya tidak percaya dengan reaksi Naila yang sangat berlebihan.

SENDU (On Going)Where stories live. Discover now