38. Luka innerchild

4.4K 575 118
                                    

Tanpa disadari sebenarnya kita hidup berdampingan dengan trauma dan rasa bersalah yang kian hari makin berusaha menghancurkan sedikit demi sedikit keberanian kita. Hingga akhirnya kita hanya hidup dengan ribuan rasa sakit dan ketakutan yang tiada hentinya.

—SENDU.

—SENDU

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Zein menghembuskan nafas gusar dengan menutup matanya sekejap, mengusap wajah kasar menatap kondisi Naila yang sangat hancur. Namun, Zein tetap kekeh untuk mendekati perempuan di hadapannya. Selangkah demi selangkah sambil membujuk berusaha menenangkan.

Tatapan menyedihkan terpancar dari raut muka Naila. Hari ini, ia sangat hancur, keinginan untuk hidup semakin menurun dan juga pikirannya sudah kosong. Ia hendak berdiri dari kursi yang diduduki, tiba-tiba tangannya tergores kaca pecah. Goresan lukanya lumayan panjang, darah mengucur dari lengan Naila yang menembus ke bajunya. Merasakan rasa sakit yang semakin terasa perih, pelan-pelan pula kesadarannya menghilang. Kali ini, Naila pasrah dengan apapun yang terjadi atas dirinya.

Ia tidak akan menolak, tidak akan berontak pada takdir yang tidak pernah berpihak padanya. Entah, darimana Allah menilai. Darimana Allah menyeleksi dia, Allah paham bahwa ia mampu. Allah yakin bahunya kuat menampung segala pedih dan rasa sakit. Sedangkan dirinya, setiap hari semakin ingin mengakhiri.

"Maaf ya kamu jadi menderita malam ini, mungkin ini waktunya kita beristirahat. Aku bahagia, aku sayang sama aku. Maaf, sering bikin kamu terluka." batin Naila kepada dirinya sendiri.

Badan Naila ambruk ke belakang, Zein berlari memeluk Naila. Lelaki ini sama hancurnya, baru saja bisa mencintai perempuan dengan sangat tulus—namun Zein terlambat. Terdapat syal berwarna biru dongker yang letaknya tidak jauh dari meja rias, Zein mengambilnya lalu menutup luka Naila. Berusaha menggendong Naila sampai depan rumah, memasukkan ke dalam mobil.

Kalut runtuh pertahanan Zein. Airmatanya menetes benar-benar hancur rasanya melihat Naila sepasrah ini dengan hidupnya. Tangan kirinya mengenggam tangan kanan Naila sembari mengusapnya lembut.

SENDU (On Going)Where stories live. Discover now