8. About Adtent

3.2K 364 20
                                    

Kita bagai anggota tubuh.
Jika ada salah satu yang sakit maka semua ikut merasakan. Dan anggota tubuh harus bekerja sama. Bergerak untuk mengobati lukanya bersama.
—Adtent.


Diharapkan online saat membaca karena ada beberapa gambar yang berhubungan dengan part ini

*****
"Damn! Shot! 15 - 7." ucap Ansel angkuh. Ansel adalah ketua basket SMA Swandaya dan sekarang ia sedang latihan tanding basket antara anggota basket SMA Swandaya agar mereka juga terlatih.

Jangan diragukan kehebatan Ansel dalam bermain bola basket. Mufid yang rata-rata sudah jago tapi dibanding Ansel sangat susah dikalahkan. Pelajaran olahraga kali ini kosong Guru sedang ada rapat mendadak. Dan kesempatan bagi siswa menuju kantin.

"Ngapa, Fid?" tanya Faqih menepuk bahu Mufid yang sedari tadi terlihat tidak semangat. "Gue perhatiin lo cuma ikut lari."

"Gapapa haus aja," jawab Mufid berjalan keluar dari lapangan. "Oit, gue duluan." pamit Mufid.

Faqih, Ansel dan Galen saling menatap dan berbisik. "kenapa?" jawabannya sama antara ketiga remaja itu hanya begidik sebagai tanda jawaban. "tidak tau,"

"Gue duluan juga, pengen beli sempol." ucap Galen.

"Gue juga." sahut Ansel dan Faqih serentak.

Teman-temannya yang berada di lapangan mengerutkan dahi. "Yeh, nggak asik lo pada ber empat!"

Ansel menoleh menatap tajam. "Jangan macem-macem omongan lo! Gue ketua kalau lo lupa." kalimat horor yang sering Ansel ucapkan membuat teman-temannya yang di lapangan bergidik ngeri.

Mereka bertiga menyusul Mufid yang hendak masuk kelas namun Galen menarik tangan Mufid ke kantin. Mufid hanya diam dan menurut. Sesampainya dikantin ia duduk dimeja samping pojok khusus ke empat lelaki ini mostwanted SMA Swandaya. Padahal Mereka tidak memberi label bahwa ini adalah meja milik Adtent namun, siswa sini sendiri yang memberi tulisan dimeja kantin 'Adtent mine' . Faqih datang membawa air dingin 2 botol sedangkan Ansel membawa 2 botol lagi. Mufid, Faqih dan Ansel meneguk air dingin itu yang terasa nikmat setelah bermain basket panas-panasan.

Galen? jangan ditanya si bucin sempol ayam mbak Tika—Penjual sempol di Kantin SMA Swandaya. Sehari bisa habis minimal 20 ribu hanya beli sempol.

"Kenapa lo? Tiba-tiba keluar lapangan?" celetuk Ansel.

"Gatau, pegel badan gue."

"Ada yang lagi butuh tukang pijet nih gue lihat-lihat." sindir Faqih dan di balas kekehan kecil dari mulut Mufid.

Galen datang merusak suasana dengan 40 tusuk sempol ditangannya "Hai, sobat-sobat, mau minta gak lo pada?" sapa Galen.

"Mukbang, Bang?" tanya Ansel.

"Heum.. Iya nih," jawab Galen dengan mulut terisi banyak sempol.

Faqih mengambil satu tusuk dan Ansel tiga tusuk. Mufid hanya diam. "Kaga mau, Fid?" tanya Galen.

Mufid mengambil satu tusuk dan langsung dia makan. "Skip! hayuk Bang Mufid ada apa sich Kok tumben bingit kayak ginich?" gaya alay Ansel keluar.

"Balik yok? Pada masih mau temenan sama orang alay?" tanya Faqih sembari berdiri dari tempat duduknya.

Ansel memandang Faqih dengan tatapan tajam. "Bule mau gue gampar? gue gampar jadi berserak tubuh lo,"

"Berserak gimana, Sel? Nggak masuk diotak gue omongan lo," Galen dengan ekspresi berpikir menatap Ansel yang duduk di depannya.

Ansel melempar biting sempol pada kaki Galen. Lalu Lelaki dengan muka baby face bandar sempol itu uring-uringan. "Udah kasih sempol, eh gue dilempar bitingnya! Orang mah kaga tau terimakasih gitu, ye gak Fid? Qih?"

SENDU (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang