39. ZeiNaila

4.3K 536 87
                                    

Bagaimana kau mengatakan bahwa "aku baik-baik saja." sedangkan, belahan jiwaku terbujur kaku dengan kepedihan yang sangat dalam?🥀
—Zein Axsa Aditama.

" sedangkan, belahan jiwaku terbujur kaku dengan kepedihan yang sangat dalam?🥀—Zein Axsa Aditama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pikiran Naila kini sedang tidak bisa memproses apapun. Ketika kita sedang lelah dan masih belum berniat bangkit, maka sebanyak apapun orang yang menyemangati, menasehati dan membantu kita, itu tidak akan bisa membuat bangkit. Karena semua dimulai dari diri kita terlebih dahulu.

"Naila sudah lebih baik, Kak Aya. Ternyata, menyerah bukan jalan pulang terbaik. Orang beriman pasti memikirkan hidupnya sudah diatur oleh Allah, termasuk hidupku. Mungkin, ini sulit tapi aku masih mau bertahan. Kali ini, biar Allah bantu, biar Allah yang ngurus dan biar Allah selesaikan." ujar Naila menatap Kanaya dengan senyum.

Kanaya mengangguk setuju lalu mengusap lengan kiri Naila. "Ini Naila yang aku kenal, Naila yang selalu mengandalkan Allah dalam segala urusan, Naila yang optimis dengan segala cobaan. Nai, kamu pasti lebih paham agama bukankah ketika Allah beri kita masalah pasti Allah juga yang menyelesaikan masalah kita?"

Naila mengangguk. Ia bertahan hidup karena Allah beri nafas, selebihnya untuk ibadah. Jika pulang amal masih belum cukup, haruskah menderita di kehidupan selanjutnya? Ia tidak mau.

"Kemarin badainya berat banget dan kamu bisa, pasti kali ini juga bisa. Nai, terimakasih masih mau bertahan hidup meskipun berkali-kali hendak menyerah. Gapapa ya, dunia memang tempat capek." ujar Kanaya. "Aku mau pamit ya, nanti kalau ada waktu luang ke sini lagi, tapi semoga kamu cepet pulang dari sini. Oh iya, jangan sakitin anak ini lagi." pamit Kanaya dengan menunjuk lengan kiri Naila.

"Kak, makasih yaa.." Naila menghentikan langkah Kanaya yang hendak membuka pintu.

Kanaya mengangguk. "Sama-sama, Nai. Aku panggil suami kamu, gapapa, kan? Kayaknya kalian harus bicara dulu deh,"

Naila mengangguk menyetujui ucapan Kanaya. Setelah itu Kanaya keluar dari ruangannya, melihat Zein yang duduk menunduk di kursi tunggu dengan kedua orang tuanya. "Permisi.."

Zein mendongkak menatap Kanaya, "Naila gapapa, kan?" tanyanya dengan berdiri tergesa-gesa.

"Gapapa kok, Naila baik-baik aja. Kalau mau masuk boleh, sudah saya bicarakan sama Naila dan dia memperbolehkan," ujar Kanaya lalu pamit untuk pergi.

Zein menoleh ke Adawiyah dan Khalid, kedua orangtuanya mengangguk mempersilahkan Zein untuk masuk terlebih dahulu. Memang Khalid dan Adawiyah hendak melihat kondisi Hanum terlebih dahulu.

Pelan-pelan Zein membuka pintu menampilkan Naila yang memejamkan mata. Ia berjalan menuju tempat duduk disebelah ranjang Naila. Pada saat itu juga Naila membuka matanya dan menoleh ke arah Zein.

"Aku bikin kamu bangun ya? Maaf," suara Zein sangat lembut terdengar masuk ke telinga Naila.

Naila menggeleng lalu berusaha untuk bangun dari tidurnya. Zein langsung bergerak membantunya duduk, serta mengambilkan air putih untuk Naila minum. Setelah minum mereka berdua masih saling diam tanpa pembicaraan, hening dan canggung.

SENDU (On Going)Where stories live. Discover now