22. Labirynth

4.2K 490 96
                                    

Aku adalah warna hitam dan kamu adalah warna putih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku adalah warna hitam dan kamu adalah warna putih. Percuma saja, jika disatukan tidak akan menjadi warna baru yang indah. Hanya, abu-abu yang samar.

—SENDU.

"Ayo, kak, sesuap lagi deh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ayo, kak, sesuap lagi deh.." bujuk Naila dengan mengangkat garpu penuh mie ayam.

Zein menoleh pasrah melihat Naila. "Nggak. Gue udah kenyang, budek lo?" ia memalingkan pandangan lagi melihat televisi.

"Yah! sia-sia dong, Nai, masak kalau semua makanan nggak habis mulu." keluh Naila membereskan mangkuknya dengan wajah melas.

"Urusan lo. Bukannya lo buang makanan terus? kan setiap hari masak buat gue tapi nggak pernah gue sentuh."

Naila mengangguk pelan sembari menatap muka Zein dari samping. "Iya udah biasa, sih, mangkannya kali ini aja habisin, kak."

"Maksa? orang nggak mau yaudah, jangan pasang muka melas gitu. Lo kira gue kasihan? enggak, makin males lihatnya."

Naila menghela nafas gusar, Zein selalu saja mengambil hati alias baperan jika bersamanya. Sedangkan 2 hari lalu Zhela dan Dito kemari lagi setelah pulang dari Kafe. Dan mengajak Zein bercanda sampai bicara frontal tentang dirinya, meskipun diselingi dengan amarah Zhela tetap saja Zein tidak marah. Hanya tersenyum atau tertawa terbahak-bahak. Naila hanya diam menahan berhari-hari yang lalu Zein selalu seperti ini.

"Iya maaf, Naila nggak maksa kok." jawab Naila dan lekas membereskan mangkuk kotor bek makan.

"Yaudah, suapin gue lagi."

Naila tersentak kaget menolehkan kepalanya kesamping melihat Zein. "Eh? katanya nggak mau?"

"Gue cuma mau ngehargai lo. Kalau nggak mau juga gapapa. buang aja!" ketusnya tanpa melihat ke arah Naila sembari meraih botol plastik disamping kursi rodanya, dan meminum secara bruntal. "Ini murni karena lo maksa bukan karena gue doyan—" Hap! Satu suapan berhasil masuk tanpa permisi di mulut Zein.

Ia menatap Naila dengan tatapan tajam, dan mengunyah masakan olahan Naila yang memang sangat enak. Sudah 3 hari seperti ini sebenarnya Zein suka dengan masakan Naila. Sama, seperti masakan Mamanya meskipun umur Naila justru masih terbilang muda. Tetapi masakannya tidak di ragukan.

SENDU (On Going)Where stories live. Discover now