Chapter 42: Mulai Peduli

3.1K 102 20
                                    

Attention!
Cerita ini adalah cerita fiksi yang murni dibuat oleh penulis.
Jika terjadi kesamaan tempat ataupun nama itu hanyalah suatu kebetulan.

《••• 🎬 •••》

Sachio Resident-Yogyakarta
Central Java, Indonesia
11:23 pm

Angin sejuk merayap di dinding salah satu rumah berkawasan elit. Tidak terlalu kencang, hanya dinginnya mampu mematikan kulit orang-orang. Tangga kecil tersusun rapi dan urut sesuai pola tersedia di halaman depan. Di samping, terdapat garasi yang hanya bisa mencakup 2 mobil bergengsi.

Kesya, seorang wanita paruh baya yang mempunyai wajah awet muda. Jelita dan dewasa merupakan kombinasi yang tak dapat dielakkan ketika bertemu dengan perempuan satu ini.

Selendang biru laut melingkupi punggung dan dada depannya. Khawatir serta cemas senantiasa mengganggu pikirannya. Waktu telah menunjukkan dini hari, tetapi anak tunggalnya belum kunjung pulang.

Semua pelayan di rumah telah beristirahat. Sengaja Kesya paksa untuk tidur lebih cepat agar saat matahari menyingsing seluruh pekerjanya tidak merasakan lelah yang berlebih.

Sofa ruang tengah memang memanjakan tubuh ketika dipakai untuk duduk, tetapi membayangkan anak lelakinya belum menginjakkan kaki di lantai ini semakin Kesya dibuat resah.

"Kemana lagi anak itu? Jam segini belum pulang."

Kesya memutuskan untuk beranjak dan mengeratkan kain selendang dimana ujungnya terdapat rumbai-rumbai kecil. Derap langkah kakinya sedikit terdengar, Keysa berjalan bolak-balik di depan sofa tadi tanpa berbicara sepatah kata pun.

Keringat mulai bercucuran di sekitar muka. Hawa panas seolah membaluti lehernya dengan ganas. Matanya bergetar mengarah ke pintu utama yang berwarna hitam pekat bak tinta pulpen anak sekolah dasar.

Bel rumah berbunyi.

Badan Kesya mendadak merasakan sengatan listrik sebab dikejutkan oleh suara yang sudah jelas berasal dari halaman depan. Terdiam sebentar kemudian mengusahakan paru-parunya memasok oksigen yang cukup dengan alih untuk menenangkan diri.

Wanita itu berjalan ke depan. Tampak kaku dan seolah tidak percaya diri. Akan kah buah hatinya menyambut Kesya dengan senyuman menawan dan memohon maaf karena telah pulang larut malam?

Mungkin khayalan bodoh semacam itu tidak lagi bisa ia terima di dunia nyata. Karena satu masalah di masa lampau, membuat anaknya bertingkah 180 derajat berbeda. Sosok yang tidak bisa dikontrol, ataupun dikuasai.

"Aku tau kau yang akan membukakan. Jadi, mari bahas masalah ini dengan cepat."

Mata Kesya benar-benar membulat. Bibirnya sekeras logam murni yang tentu tidak bisa digerakkan. Kakinya selangkah mundur, menahan bobot tubuhnya yang hampir oleng.

Pria dengan umur berkisaran 44 tahun memakai lengkap pakaian kerja perusahaan. Asap dari rokok yang ia hisap menyembul ke udara, melayang lalu menghilang bak ditelan angin. Kumis serta jenggot tipis menempel di dagu, putih bercampur hitam, seperti tak terurus.

Kain kemeja bagian depan keluar dari eratan ikat pinggang. Jas hitam yang bernoda cairan kopi tercetak di pinggiran bawah. Benar-benar penampilan dari seorang lelaki berengsek yang sepulang dari minum minuman beralkohol.

"Tenang. Aku tidak mabuk. Mari kita berbicara di dalam."

Kesya yang memandangnya mundur ketakutan. Pintu yang didorong kuat, menabrak dinding rumah hingga menggema. Tidak ada satu pelayan yang terbangun. Entah karena kecapaian bekerja atau memang telah dilarutkan oleh bunga tidur yang indah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 09, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Possesive MantanWhere stories live. Discover now