Chapter 12: Kecupan Dari Sang Putri

12.1K 460 9
                                    

Jangan berhenti untuk mencintaiku karena itu tidak ada obatnya.

-Adela Putri-

Pagi hari yang sejuk. Membawa semilir angin masuk melalui celah kaca jendela ruang kelas 11. Dimana Lina sedang sibuk untuk menyalin pekerjaan rumah yang ia lalaikan semalam.

"Buset dah! Banyak banget!" gerutu Lina yang masih tetap menulis. "Oi Siti! Jawaban kamu pasti bener kan?" tanya Lina yang duduknya baris kedua dari belakang. "Mungkin. Soalnya aku garap di les-lesan," jawab gadis bernama Siti dengan ragu-ragu.

Lina menghembuskan napas lelah terus berharap jika sahabatnya segera datang untuk membantunya. Ketika suara pintu berdecit terbuka, Lina menoleh.

"ADELAKU SAYANG!" teriak Lina yang gelombang bunyinya sampai terdengar kelas sebelah. Lina cepat-cepat mengembalikan buku matematika Siti kepada pemiliknya, tak lupa untuk berterima kasih dan langsung tancap gas berlari menuju Adela.

"Huwaa... Adela, aku pinjem buku matematika kamu dong! Plis! Maafin aku ya gak ngerjain semalam!" rengek Lina sambil memeluk Adela erat. Saat Lina melepaskan pelukannya, Adela langsung menyodorkan buku matematikanya dengan wajah datar.

"Wah! Makasih ya. Yuk duduk!" Lina gantian memeluk buku Adela dan mengajak sahabatnya itu untuk duduk bersama di bangku mereka. Sepertinya, Lina masih belum peka dengan suasana hati Adela yang sedang buruk.

Adela meletakkan tasnya dengan muka cemberut dan duduk lalu menopang dagunya menggunakan satu tangan. Dengan gerakan secepat kilat, Lina mengeluarkan jurus menulis ala citah.

Tidak ada 5 menit, Lina telah mampu menyelesaikan salinan prnya. Dengan wajah bersinar, ia mengembalikan buku tersebut kepada Adela. Gadis itu menerimanya dan memasukkannya ke dalam tas. Lalu kembali dengan posisi seperti tadi.

Lama-kelamaan Lina sadar jika Adela sedang badmood. "Del, kamu kenapa?" tanya Lina yang kepalanya ia majukan ke depan untuk mengintip muka Adela yang masih datar rasa cemberut. "Hey! Cerita dong sama aku. Kamu kenapa?" Lina menggoyang-goyangkan lengan Adela yang dijadikan sebagai topangan dagu.

Namun, respon yang diberikan Adela malah menjauhi Lina dengan cara mengalihkan pandangan. "Udah nih. Penyakitnya keluar lagi" batin Lina.

Akhirnya, Lina menangkupkan kepala Adela dengan kedua tangannya. Menarik kepala tersebut untuk memaksanya menatap wajah cantiknya. Setelah bertatapan satu sama lain, Lina mengulangi pertanyaannya, "Kamu kenapa, del?" Namun, lagi-lagi Adela masih saja diam. Matanya menatap ke bawah, bibir bagian dalam ia gigit sekuat tenaga.

Adela bingung, haruskah ia menceritakan kejadian semalam kepada sahabatnya ini. Lina menghembuskan napasnya, melepas tangkupan tangannya dari wajah Adela dilanjutkan berdiri sambil menenteng tasnya.

"Ya udah, kalo kamu gak mau cerita. Aku bakal pindah tempat duduk deket Siti biar kamu sama Ara," Lina ingin membalikkan badan tetapi dicegah oleh Adela yang menggenggam salah satu lengannya. "Jangan gitu ih!" akhirnya dari sekian menit berlalu, Adela mengucapkan 3 patah kata. Lina tersenyum tipis. Ia duduk kembali dan meletakkan tasnya seperti semula.

"Makanya cerita!" perintah Lina. Dengan ragu-ragu, Adela mulai menceritakan beban masalah yang ia pikul sejak semalam. Bercerita sangat rinci hingga Lina menyimaknya dengan baik. Setelah bercerita begitu panjang, Lina terdiam, menatap wajah Adela yang menunduk ketakutan akan respon dari Lina.

"Itu beneran, del?"

Adela mengangguk pasrah. Lina kemudian tersenyum, menggenggam kedua telapak tangan Adela erat. "Kamu bener kok, del. Udah ngelarang Arsen keras untuk gak deket-deket kamu lagi tapi apa iya kamu bisa lepas dengan mudah dari cowok posesif kae dia? Gak kan?" Adela mengangguk-angguk.

My Possesive MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang