Chapter 3: Teringat kah?

26.3K 1.2K 17
                                    

-Adela-

BRMM...

Suara kendaraan beroda empat membuat aku dan Lina menoleh kearahnya. Mobil berwarna hitam pekat serasa tidak asing bagi diriku. Ketika kaca mobil perlahan menurun, aku dapat melihat seorang lelaki tua yang berusia sekitar 50 tahun tengah tersenyum ramah padaku. Oh ya! Aku ingat sekarang.

"Ahh.. aku ternyata dijemput, Lin. Mau nebeng?" tawarku kepada Lina. Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak usah. Bentar lagi mobil mewahku akan sampai disini. Kau taulah bagaimana dengan supirku setiap hari" jawabnya yang kutanggap dengan kekehan kecil.

"Angkot kan. Hahaha" aku tertawa terbahak-bahak bersama Lina. Senang rasanya jika mempunyai sahabat yang ngelucu tapi nggak bakal bisa garing. "Hush.. udah sana. Kasian tuh supirmu, menunggu kau yang masih tertawa" dia mengusirku dengan cara mengibas-ibaskan tangannya kedepan dan kebelakang.

"Heh, kau pikir aku ini kucing yang selalu pindah rumah setiap malamnya" aku mendengus kesal sedangkan ia hanya tertawa kecil. Lantas, aku pun bergegas masuk kedalam mobil dan membuka kaca mobil secara perlahan.

"Beneran nggak mau naik?" tawarku sekali lagi. Namun, ia tetap berpendirian teguh, tetap tidak mau ikut. "Baiklah, aku akan menghubungimu habis ini" dia mengacungkan jari jempolnya pertanda setuju. "Sampai jumpa nanti, Lina" aku mengucapkan salam perpisahan sambil mengayunkan tanganku kekanan dan kekiri atau disebut dadah...

Kemudian, aku menutup pintu kaca mobil dan langsung menyambar hp yang ada didalam tas ranselku. Saat aku hendak membuka kontak, ternyata sudah ada pemberitahuan tentang 25 panggilan yang tidak terjawab. Lantas, aku mengerutkan kening.

"Siapa yang nelpon? Banyak banget panggilannya. Oh, aku tau. Pasti ulahnya si 'itu'" aku menebak dalam hati, siapa si penelpon tidak dikenal. Mungkin si mantan.

Kalian belum tau tentang fakta dibalik kisahku dengannya kan? Mari kuceritakan.

Arsen itu cowoknya paling romantis banget. Asal kalian tau saja, dia memberiku bunga favorit. Ya, awalnya terdengar biasa saja. Tetapi aku langsung terlonjak kaget ketika dia mengirimku sebuah mobil berwarna putih yang isinya telah penuh dengan bunga warna-warni. Dan itu yang pertama.

Kedua, Arsen itu cowok yang cemburunya kebangetan. Contoh: pernah waktu itu, aku sedang membeli sebuah buku biologi, tentunya ditemani oleh dia. Setelah mendapat buku tersebut, cepat-cepat aku lari kearah kasir dan segera membayarnya. Sialnya, pegawai kasir itu kebetulan cowok dan ketika dia mengucapkan terima kasih serta mengembalikan sisa uangku, Arsen menatap tanganku dan tangan pegawai kasir itu marah karena bersentuhan.

Sempat aku merasa bingung dengan wajahnya yang merah padam. Kemudian, ia langsung menarik uang tersebut dengan kasar dan berkata, "Lo kalo mau ganjen, jangan ke cewek gue. Cari yang lain. Pake dilama-lamain pegangan tangannya lagi. Inget, gue akan selalu neror siapa aja yang berani deket sama cewek gue, bahkan gue nggak biarin dia bernapas sedikitpun." Ya kalian tau sendiri lah reaksiku seperti apa setelah menerima kejadian itu.

Ketiga, Arsen itu cowok yang punya sifat posessive kelewatan. Suatu hari ketika aku ingin makan karena lapar diperutku yang terus berteriak, aku pun mengajak Arsen untuk pergi kekantin dan dia mengiyakan membuat hatiku sedikit lega. Sesampainya di kantin, aku menyuruhnya untuk duduk dengan tujuan biar aku saja yang memesan makanan tetapi dia enggan dan bersikeras untuk tetap mengikutiku sampai aku duduk bersamanya nanti.

Ya sudah aku hanya manggut-manggut saja. Lalu, aku dan Arsen tiba di sebuah warung bakso yang super enak. Ketika aku ingin memesan 2 mangkok bakso, alangkah terkejutnya aku melihat Arsen yang menatapku tajam dengan iris hitamnya. Dia berkata, "Sayang biar aku aja ya yang mesen" ucapnya sehalus mungkin. "Nggak usah biar aku aja" bantahku tak terima.

Ia masih saja melototiku. "Kamu mau buat aku marah lagi, kayak yang di toko buku pas itu?" oh astaga, dia masih saja mengingat kejadian itu. Padahal aku sudah melupakannya sejak 1 minggu yang lalu.

Lagipula pegawai yang ingin aku ajak bicara di warung bakso itu hanyalah seorang wanita biasa, umurnya pun nyaris mendekati ibu-ibu. Jadi sebenarnya tak masalah dong jika aku mengajaknya mengobrol. Ya ampun Arsen!!!

"Neng, kenapa senyum-senyum sendiri? Wah, apa karena bapak terlalu ganteng ya?" celetuk sang supir dari arah depan. Ia memasang senyum ceria diwajahnya, melihatku dari kaca yang berada diatas.

"Ihh!! Bapak ge-er deh" aku merengut kesal. Ampun deh, masa' setiap orang yang berada disekitarku mempunyai rasa pd yang berlebihan, contohnya: ya bapak ini.

Dia terkekeh pelan dengan kerutan wajahnya yang semakin membentuk. Aku pun ikut tersenyum, merasa geli dengan tingkah laku si bapak. Kemudian dering telpon mengusikku. Aku pun mengambil handphone-ku dan memasangnya didekat telinga setelah memencet tombol hijau dilayar.

"Ya, kenapa Lin?" sapaku untuk orang disebrang sana.

"Berita buruk, Del. Coba cek ig kamu. Sekarang!" teriaknya yang membuatku harus menjaga jarak dari benda pipih itu. Kemudian kembali mendekatkannya.

"Apa sih kamu, Lin. Tiba-tiba jadi buas kae gini" ujarku sedikit kesal. "Ih, banyak bawel sih kamu. Cepetan. Oh ya, Kak Daffa nanyain tuh. Katanya kamu nggak ngangkatin telponnya berulang kali" aku mengerutkan keningku. Oh jadi yang nelfonin aku barusan itu Kak Daffa toh.

"Lah ngapain Kak Daffa nelponin aku sampe 25 kali?" aku melemparkan pertanyaan kepada Lina.

"WHAT!!! NELPONIN KAMU 25 KALI?" jika suara yang satu ini, aku benar-benar menjauhkannya dari telingaku. Uhhh, teriakannya luar biasa. Sampai pak supir saja terlonjak kaget.

"Neng, telpon sama siapa sih? Sampe buat bapak jantungan begini" pak supir pun bertanya. Aku pun terkekeh geli lalu berkata,"Hehehe maaf pak. Itu teman saya barusan."

Kemudian aku kembali mendekatkan handphone ke telingaku. "Iihh ribut banget sih kamu. Supir aku aja sampe kaget tau" protesku padanya sedangkan Lina hanya terkekeh geli. "Maaf lah say" ucapnya masih dengan tawanya.

"Iihh, say-say. Ketularan Arsen ya?"

"Cie... yang keinget mantan. Buahaha" suara nyaring Lina begitu menggema ditelingaku, membuatku mendengus kesal. "Dah ah. Males sama kamu, Lin. Aku cek ig dulu ya, bye" aku menutup telepon sebelum omelan gadis itu semakin memenuhi ruang memoriku. Cerewet sekali sih dia. Ck..ck..ck aku saja sampai tobat.

Segera kubuka aplikasi canggih itu dengan sekali ketukan dan langsung muncul berbagai macam foto yang aku ikuti. Kemudian, muncul notifikasi tentang sebuah grup.

Sebenarnya, aku tidak niat untuk membuat grup tersebut. Namun paksaan dari penggemarku lah yang membuatku menjadi anggota dari grup itu. Asal kalian tau nama grup itu adalah~

Arla Shipper

Kenapa judul tersebut yang terpilih? Karena itu singkatan dari Arsen dan Adela. Lihat saja huruf vokalnya. Oh tidak, aku mengingatnya kembali. Secepat kilat, aku langsung memencet grup tersebut dan membukanya.....
.
.
.

The Information

Ehem!!!😤
Attention please
Look at me👧

Oke terlalu inggris🙄

Saya disini hanya memberitaukan bahwa saya ingin kalian yg membaca cerita ini mohon komennnya
Jangan hanya diam saja🤐
Bukannya maksud apa
Hanya saja saya minta saran aja dr kalian semua, readers.

Oke itu aja pesan saya😊😊
Mksh udh kasih perhatian

Eh cieh perhatian😘
Wkwkwk😂😂😂

My Possesive MantanWhere stories live. Discover now