Chapter 19: Hal yang tak terduga

6.1K 291 8
                                    

Semoga dia tidak tau kejadian ini.

-Adela Putri-

Seusai menyuapi satu sendok terakhir ke dalam mulutnya, Adela membawa peralatan makan dan bergegas menuju dapur untuk mencucinya. Mumpung Bi Susi sedang ke pasar, dia mencoba menjadi anak yang mandiri. Apalagi 1,5 tahun lagi ia akan memasuki dunia perkuliahan.

Adela memutar keran air ketika piring yang ia cuci sudah terlihat bersih. Diambilnya lap lalu menggesek kedua tangan menggunakan benda itu. Sejenak, Adela kembali ke meja makan untuk menghabiskan sisa es jeruknya lalu beranjak menuju ruang tamu.

"Adela!" panggil Daniel dari arah belakang membuat kepala gadis itu menoleh. "Kakak anterin," ujar kakaknya seraya mengambil kunci mobil di dalam lemari. Adela hanya mengangguk kecil.

Mereka berdua keluar lalu sama-sama masuk ke dalam mobil. Daniel yang sedang memasukkan kunci mobil sedangkan Adela memasang sabuk pengaman.

Setelah semuanya siap, Daniel mulai melajukan kendaraan beroda empat itu keluar dari pekarangan rumah dan membelah jalan raya pagi ini. Terlihat sayup-sayup masyarakat yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri.

"Kakak tumben mau anterin aku lagi," celetuk Adela setelah mengalihkan pandangannya dari kaca jendela mobil menuju wajah tampan kakaknya. "Emang gak boleh?" kata Daniel yang tatapannya lurus ke depan, memandang jalan raya yang mulai memadat.

"Bolehlah! Ya tumben aja," Adela kembali melemparkan pandangannya ke kaca jendela.

Hening untuk beberapa saat. Namun, suasana itu pecah ketika Daniel mulai membicarakan sesuatu.

"Gak kepo?"

Adela menolehkan kepala. "Kepo?" ulang gadis itu dengan kening berkerut. Daniel mengangguk. "Kepo kenapa?"

"Tentang kakak tau Arsen itu darimana," sesekali mata lelaki 20 tahun itu melirik adik bungsunya yang sedang dilanda kebingungan. "Iya, kepo! Sempet lupa aku nanyain ke kakak. Ceritain lah!" cerocos gadis berambut panjang itu.

Daniel menyunggingkan senyum.

"Jadi, habis kakak anterin kamu ke sekolah, ada yang nabrak mobil kakak dari arah belakang, sempet kakak ngumpat, terus kakak keluar deh dan nemuin si penabrak dan lihat kalo mobil kakak baret. Untung dia mau ngakuin kesalahan dan minta maaf, juga mau ganti. Sebagai jaminan, sim-nya kakak ambil dan lihat namanya disana. Tertulis Arsen gitu," papar Daniel sambil mencoba menyelip kendaraan di depannya.

"Terus kakak tau darimana kalo aku pulang sama Arsen?"

"Lihat dari jendela kamar."

"Ih! Dasar!" Adela menjitak kepala kakaknya pelan sedangakan laki-laki itu hanya terkekeh geli. "Terus kakak tau Lina, temenku darimana?" tanya Adela yang masih memandang muka kakaknya secara cermat.

"Nge-stalk akun igmu," jawab Daniel singkat.

"Dasar stalker!" Adela melipatkan kedua tangannya sebal lalu mengalihkan pandangan keluar kaca mobil. "Biarin, wlee..." Daniel menjulurkan lidahnya lalu tertawa.

Kejadian pas itu, diceritain juga gak ya? batin Daniel bimbang. "Del!" panggil laki-laki itu kemudian. "Ahh...gak usah ganggu Adela dulu," gadis itu bete, terlihat jika muka manisnya sedang ditekuk.

Daniel tidak menanggapi keketusan adiknya sebagai hal yang serius. Ia malah terkekeh geli saat melihat bibir adiknya monyong 5 senti, alias bimoli.

Setelah berhasil melewati padatnya kendaraan, mobil Daniel mulai memasuki wilayah sekolah dan memakirkannya dengan rapi. "Dah sampe," ujar laki-laki itu sambil meregangkan badan.

My Possesive MantanWhere stories live. Discover now