Chapter 8: Dia pergi?

17.5K 680 7
                                    

Pagi itu, matahari masih malu untuk menampakkan wajah hangatnya membuat warna atmosfir terlihat sedikit gelap. Sempoian angin kala itu tidak terlalu kencang seperti biasanya, hanya bergerak cepat menuju celah jendela kamar seorang gadis yang tengah tertidur lelap. Kelopak matanya yang tertutup rapat sembari tersenyum merupakan tanda jika ia mendapatkan bunga tidur yang indah.

Namun, suara alarm tiba-tiba berdering dengan sangat percaya diri, mengusik tidur nyenyak gadis itu. Lalu pada akhirnya, ia pun membuka matanya. Menunjukkan kepada dunia jika ia memiliki iris mata berwarna coklat terang yang menenangkan. Siapa lagi kalau gadis itu bukan Adela?

"Uuh!! Brisik!" keluh Adela yang tangannya menggapai alarm berbentuk beruang dengan hentakan kecil dan kembali memeluk guling kesayangannya. Namun, lagi-lagi ia dikejutkan oleh ingatan tentang kejadian semalam. Dimana ia pergi bermain bersama Arsen bukan dengan kakak kelas tampannya itu.

"Ihh!!" gemas Adela sambil memukul-mukul permukaan kasur dengan kepalan tangannya. Oh Tuhan, dia begitu malu saat ini. Bagaikan urat malunya itu terus terjalin dan tidak akan putus selama ia mengingat kejadian tersebut.

Tapi...

Adela sempat merasakan ada yang menyentuh bibir cerinya tetapi ia tidak tau apa itu. Lantas ia memegang bibirnya dengan jari. "Kae ada yang nyium?" gumam Adela penasaran siapa yang berani menyentuh barang miliknya yang paling sakral. "Apa jangan-jangan..." terka Adela dengan muka memerah menahan malu. Ia memikirkan jika 'si dia' adalah dalang dari balik semua ini.

Namun, sebelum Adela mengeluarkan teriakan paling merdu yang sampai membuat kaca cermin rumah retak, suara keras dari Bibi Susi telah mendahuluinya. "Ya bi, apa?" balas gadis itu tak kalah keras. "Disuruh turun sama Daniel katanya suruh makan bareng!" ujar wanita paruh baya itu.

"Tumben kakak ajak makan bareng" batin Adela. "Ya bi, nanti Adela turun" balas gadis itu dengan volume maksimal. Setelah itu cepat-cepat Adela mengambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi.

🌹🌹🌹

Merasa telah memakai atribut lengkap, kemudian gadis berambut panjang hitam serta lebat itu turun perlahan melalui anak tangga. Tentu saja dengan tas sekolahnya. Ketika tiba di lantai pertama, Adela langsung terkejut melihat sosok yang paling ia sayangi berada di ruang makan.

Ia masih heran dengan kakaknya yang sangat amat jarang sekali ikut makan bersama seperti ini. Apalagi jika ada ayah dari kedua anak itu pasti Daniel langsung menolak ajakannya mentah-mentah. Tetapi, entah kenapa pagi ini begitu berbeda. Seperti ada maksud lain yang direncanakan oleh kakak Adela yang super ganteng itu.

"Kok diem disitu aja. Sini makan sama kakak" Daniel menepuk-nepuk kursi disebelahnya pertanda jika Adela harus duduk disana. Karena teguran dari lelaki itu, Adela pun mengedipkan mata beberapa kali, sepertinya ia baru saja melamun. "Ah-iya kak" balas Adela sambil melangkahkan kakinya menuju ruang makan.

Setelah duduk, Adela mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng lezat buatan Bibi Susi plus telur mata sapi yang sempurna. Look perfect, right?

"Waahh akhirnya menu sarapan ganti juga. Biasanya Adela kalo pagi makan roti melulu, bosen tau nggak sih kak! Apalagi sendirian makannya. Tapi sekarang udah ditemenin sama kakak, hehe" curhat Adela jujur lalu diakhiri dengan kekehan kecilnya.

Di hati kecil Daniel yang paling dalam, ia mampu merasakan rasa iba terhadap adik bungsunya satu ini. Memang sejak kedua orang tuanya semakin sibuk dengan pekerjaan, Daniel mengubah sifatnya menjadi dingin tak tersentuh, berbeda sekali dengan Adela yang masih tetap mempertahankan rasa peduli terhadap sesamanya.

Beruntung bagi Adela ketika beberapa hari lalu, mamanya pulang ke rumah. Katanya ia rindu dengan 2 buah hatinya. Tetapi tidak dengan Daniel, bukan karena benci hanya saja ia tidak suka melihat orang tuanya selalu sibuk berkutik di depan layar laptop mereka, seperti tidak ada pekerjaan lain saja.

My Possesive MantanWhere stories live. Discover now