Chapter 20: Kantin

5.4K 253 3
                                    

Again!!!

-Adela Putri-

"Kamu gak papa kan, del?" tanya Lina sesaat setelah Adela mengguyur wajahnya dengan air. Adela mengusap-usap wajahnya menggunakan telapak tangan, berharap jika bekas kecupan itu hilang dari pipinya juga pikirannya.

"Aku gak papa kok," jawab Adela sembari tersenyum tipis ke Lina kemudian memalingkan mukanya menuju cermin. "Beneran? Soalnya mukamu kae mendam amarah gitu," terang Lina jujur.

Adela menghembuskan napas panjangnya lalu menyampingkan badan, berhadapan dengan Lina. "Sebenernya aku gak suka Arka nyium aku kae gitu, lin," gadis itu menundukkan kepalanya.

Mungkin rasa sesal di dirinya dalam mengembalikan surat itu ke Arka muncul ke permukaan. Coba saja pria itu tidak melakukan hal tadi, pasti Adela tidak usah repot-repot memikirkannya.

"Sambil jalan bisa?"

Adela mengangguk pelan. Lina menangkup kedua lengan sahabatnya untuk menuntunnya berjalan menuju kelas. "Gak suka kenapa?" tanya Lina ketika mereka berbelok menuju koridor lain.

"Ya gak suka aja," cicit Adela yang masih menundukkan kepala. Lina tersenyum maklum, sekarang ia jadi tau alasan mengapa gadis itu menekuk muka cantiknya.

"Gara-gara yang nyium bukan Arsen ya?"

Tebak Lina yang kedua alisnya dinaik-turunkan seperti barbel. Sedetik kemudian, muka putih Adela dipenuhi oleh warna merah. Rasa panas disekujur pipinya layaknya api yang membara.

Cepat-cepat, Adela menangkup kedua pipi berisi itu lalu sedikit menjauh dari Lina. "Ihh....Lina! Apa sih!" rengek Adela memendam malu yang amat sangat.

Lina hanya tertawa. Jadi tebakan abal-abalnya berakhir benar. "Uhhh....nyebelin!" Adela menghentakkan kakinya lalu kembali berjalan, sengaja meninggalkan sahabatnya.

Lina yang telah mampu meredakan tawanya langsung menyusul langkah Adela. "Anggap aja barusan balesanku pas di kelas kemarin," Lina masih menyisakan kekehannya. Adela kembali menekuk mukanya.

"Oh iya. Arsen mana, del?"

Adela diam.

"Del, aku tanya!" Lina menggoyangkan bahu Adela yang langsung ditepis oleh pemiliknya. "Ih, aku nanya doang dia malah gengsi," Lina bersedekap. Aku lagi ngambek, lin! Bukan gengsi, gereget Adela dalam hati.

"Ke luar kota."

"Berapa hari?"

"Cuma hari ini aja."

Kemudian, Lina membulatkan bibir tipis pertanda ia sudah mengerti. Mereka berdua pun tiba di depan kelas dimana guru sedang menjelaskan materi pelajaran.

🌹🌹🌹

Kring...kring...kring...

Sahutan ring bel memecah keheningan kelas, membuat murid-murid memekik senang karena sekarang waktunya jam istirahat. Sementara teman-temannya sibuk berhamburan kelas setelah guru memberi ijin, Adela mengambil sebuah novel dari dalam laci lalu mengeluarkannya.

"Kantin yuk, del!" seru Lina tampak bersemangat. "Yuk," balas Adela sambil mengangguk sekali. Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin, sesekali Adela membuka lembaran-lembaran novelnya untuk mengecek sampai manakah ia membaca.

"Duh! Rame banget sih!" keluh Lina setelah melihat lautan manusia di depan matanya. Gadis itu menolehkan kepalanya, "Pesen apa kamu?"

Adela yang tadinya sibuk mencari pembatas buku itu kemudian menengadahkan kepalanya. "Gak deh. Masih kenyang," tolak Adela lembut.

My Possesive MantanWhere stories live. Discover now