Chapter 30: Luka Yang Mempertemukan Kita

4.2K 207 40
                                    

Bencilah padaku, hanya benci saja. Jangan menggunakan kata pepatah "Awal benci lama-lama jadi suka". Karena perasaanku berkata bahwa kau tidak pernah kembali ke dalam kehidupanku lagi.

-Adelia Putri-

Bel jam pelajaran terakhir berdentang nyaring, menandakan kepada seluruh siswa boleh pulang ke rumah masing-masing. Setelah berdoa dan mengucapkan terima kasih pada ibu guru, semua murid berhamburan keluar kelas dengan wajah riang nan semangat.

Beda halnya dengan Adela. Gadis satu ini malah tertunduk lesu dan membaringkan kepalanya di atas permukaan meja kayu. Lina yang tepat berada di sebelahnya hanya mampu menghembuskan napas kasar.

"Del."

Panggil Lina dimana telapak tangannya menyentuh lembut pundak gadis tersebut. Suara gumaman lah yang menjadi balasan dari mulut Adela kali ini, seakan perempuan itu memutuskan pita suaranya sendiri karena sedang tidak ingin berbicara panjang lebar.

"Pulang yuk, del. Keburu sore. Ntar kakakmu nyariin loh," peringat Lina yang tangannya berpindah mengelus punggung mulus Adela.

"Lin, aku punya satu pertanyaan buatmu," Adela menegakkan tubuhnya menjadi posisi duduk yang baik sambil mengamati dengan cermat wajah sahabatnya.

Lina tersenyum lembut. "Boleh, asalkan habis itu kamu mau pulang."

Dia tau benar permasalahan yang menghinggap di hubungan antara Adela dan Arsen. Mendengar berita yang menggemparkan seluruh penduduk SMA Cakrawala yang membicarakan bahwa Adela mencium Arka di depan Arsen, seketika membuatnya terkejut hebat.

Awalnya Lina tidak percaya. Namun setelah diselidiki lebih lanjut serta bertemu Adela di jam pelajaran ke 4, membuktikan bahwa berita tersebut bukan hoax semata.

Adela mengangguk ringan kemudian mulai bertanya.

"Lin, menurut kamu Arsen bakal suka sama aku lagi gak?"

Bagaikan dilempar sampai dasar jurang, Lina tidak mampu mengatakan sepatah kata pun. Dia begitu kaget mendengar pertanyaan Adela yang kelewat konyol ini. Bahkan sudah memasuki kategori waspada.

"Hahaha..."

Adela tertawa sumbang seusai menunggu sebuah jawaban dari Lina yang tak kunjung muncul. "Del?" tanya Lina kebingungan akan sikap aneh Adela.

Perlahan tawa itu berganti menjadi isak tangis yang sangat menyiksa bagi Adela. Ia meringkuk ke bawah, memeluk lututnya sendiri dan memendam segala sikap bodohnya yang sudah membuat Arsen menghilang dari kehidupannya.

"A...asal...kamu tau,lin. A...aku bi...bisa rasain kalo Arsen gak bakal hadir di ha...hatiku lagi."

Boom!

Satu tamparan lagi untuk Lina. Ya, seharusnya Adela yang merasakannya. Namun bagaimanapun juga sebagai sahabat baiknya dan mempunyai ikatan batin yang kuat, Lina tidak mampu mencegah rasa sakit yang menjalar di tubuh Adela perlahan ikut menghampiri dirinya.

Lina memeluk tubuh lemah Adela dan membisikkan kalimat yang menenangkan. "Sssttt...Adela gak boleh bicara gitu. Aku yakin Arsen bakal balik ke kamu, del. Udah-udah jangan nangis lagi."

Adela menghapus air matanya dan mulai duduk tegap, begitu halnya dengan Lina.

"Aku gak percaya. Kenapa? Karena aku sedang tidak memakai pepatah yang mengucapkan 'Awal benci lama-lama jadi suka.' dan cukup aku dibohongi sama kalimat itu."

Adela beranjak dari duduknya. Menyambar ransel sekolah miliknya serta berjalan cepat keluar kelas dengan melewati koridor terlebih dahulu. Meninggalkan Lina yang duduk mematung sambil memandang siluet sahabatnya.

My Possesive MantanWhere stories live. Discover now