Chapter 16: Tragedi di Indomaret

6.6K 285 4
                                    

Entah aku menyebut hari ini sial atau beruntung. Menurutku keduanya terjadi disaat yang bersamaan.

-Lina Marion-

Di tepi jalan, seorang gadis melambaikan tangan kanannya. Memerintahkan agar angkutan umum berhenti tepat di hadapannya. Ia naik dan duduk tenang di dalam sana.

Sinar matahari sore yang masuk dari celah kaca jendela kendaraan itu mengenai pipi putihnya membuat gadis itu reflek memegangi bagian permukaan pipi itu.

Angkot pun mulai berjalan. Mengelilingi setiap belahan jalan raya yang telah ditentukan rutenya. Lina memutuskan untuk kembali membaca novel yang ia pinjam di perpustakaan tadi sembari menunggu tempat tujuannya tiba, rumah.

Novel itu bergenre romance. Jadi, wajar saja jika gadis itu ketawa-ketiwi sendiri saat sedang membaca buku tersebut. Bahkan, ia sampai tidak sadar bahwa ia tengah diamati oleh para penumpang di angkot itu dengan ekspresi bingung. Dasar tidak punya urat malu!

Parahnya lagi, ketika ia membaca novel itu dengan khidmat sambil mengkhayal jika pria di dalam cerita itu sedang melakukan adegan olahraga pagi ditemani oleh sang cewek yang membantunya mengelap cucuran keringat yang deras, Lina malah semakin memekik tak karuan karenanya.

Membuat sang supir angkot mengangkat kepala dan meliriknya melalui kaca spion yang ada di atasnya lalu tersenyum geli melihat tingkah bocah perempuan itu.

Beberapa menit kemudian, Lina merasakan dahaga yang tidak bisa diatasi hanya dengan menelan air liurnya saja. Ia memegang tenggorokannya. Ia berpikir jika dahaga ini disebabkan oleh peristiwa lari-larinya sehabis dari UKS menuju lapangan basket sekolah tadi. Itu pun ditambah mengejar kecepatan lari Adela yang seperti seekor citah.

Ia menengadahkan kepalanya lalu menutup novel tersebut. Lina celingak-celinguk seperti sedang mencari sesuatu lewat kaca jendela di depannya.

"Nah itu dia!" gumamnya dengan ekspresi ceria. "Kiri pak!" sahutnya tiba-tiba kepada sang supir. Supir tersebut menurut dan memberhentikkan kendaraanya di pinggir jalan.

Lina segera turun. Diberinya selembaran uang 2000-an kepada sang supir dan tak lupa juga untuk mengucapkan terima kasih. Lina berbalik badan dan menatap bangunan kokoh di hadapannya dengan wajah berbinar. Akhirnya ia bisa juga menuntaskan masalah dahaganya.

Lina mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam Indomaret sedangkan angkutan umum itu telah berjalan untuk memperoleh penumpang lainnya.

Suara bel khas supermarket mini itu terdengar lumayan keras saat Lina membuka pintu dari bangunan itu. Tanpa mengambil keranjang, ia langsung berjalan cepat menuju rak dingin, tempat dimana berbagai macam minuman disediakan disana.

Lina menghentikkan langkahnya saat melihat seorang lelaki dengan tubuh menjulang tinggi sedang memilah minuman yang akan dibeli. Lina memutuskan untuk menunggu sambil bersedekap.

Telapak kakinya yang terus dihentakkan berulang kali di atas lantai mengurangi sifat kesabarannya. Akhirnya, Lina berpindah ke rak yang satu lagi.

Disana memang tidak ada yang mengganggunya untuk mengambil sebotol minuman dingin tetapi masalahnya adalah jenis minuman yang disediakan malah bersoda sedangkan dirinya sedang tidak ingin meneguk minuman itu.

Dengan ekspresi super-super jutek, ia kembali ke rak yang tadi. Ya ampun! Yang bener aja! Belum kelar-kelar? Lo pikir nih kulkas punya emak lo, numpang ngadem gitu? Prasangka buruk mulai merambati otak gadis itu.

Bagaimana tidak kesal? Jika pria itu telah berdiri disana selama 7 menit lebih tanpa melakukan apa-apa. Rasa kesalnya yang telah memupuk tinggi dan membutakan pikiran jernihnya, Lina secara kasar menarik lengan atas pria itu dan membuatnya berhadapan langsung dengannya.

My Possesive MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang