Ventiquattro

5.8K 382 25
                                    


Sudah hampir setahun lamanya Hueningkai terbaring dirumah sakit dengan keadaan koma akibat terkena tembakan dibagian perut dan juga terserempet peluru dibagian kepala. Tidak ada hari dimana Soobin tidak datang untuk menemani hari - hari Kai. Soobin selalu membawakan sebuket bunga yang selalu Ia simpan divas bunga yang berada dimeja samping tempat tidur Kai dan setiap hari, Soobin selalu mengganti bunga itu dengan yang baru.

Jari jemari Soobin menyisiri lembut rambut hitam Kai yang sudah tumbuh cukup panjang. Dengan lembut Soobin membersihkan setiap inci tubuh Kai, seharusnya perawat yang melakukannya namun Soobin selalu melakukannya untuk Kai. Entah sudah berapa banyak airmata yang jatuh membasahi pipi Soobin, namun kini Soobin sudah cukup tegar. Harapan bahwa Kai akan bangun suatu saat nanti tidak pernah pudar dari hatinya. Meskipun jika hal terburuk terjadi, Soobin tidak keberatan melakukan semua hal yang biasa Ia lakukan untuk Kai sepanjang hidup Soobin.

Soobin menidurkan kepalanya disamping tubuh Kai, dengan satu tangannya menggenggam tangan Kai. Matanya terasa lelah namun Ia tidak bisa memejamkan kedua matanya untuk tidur, Ia pasti akan bermimpi buruk lagi. Ya kejadian itu terus terulang lagi dikepala Soobin, saat tubuh pria yang paling dicintainya itu jatuh dengan bersimbah darah. Bahkan saat Ia terlelap pun, Soobin memimpikannya.

Mungkinkah Kai akan baik - baik saja jika Soobin menahan keegoisannya untuk memiliki Kai. Kai mungkin akan hidup bahagia sekarang, tidak terbaring seperti ini. Penyesalan itu selalu menghantuinya.

Soobin memejamkan kedua matanya, diantara sadar dan tidak sadar, Soobin seolah merasakan sesuatu bergerak - gerak. Soobin tersentak bangun, dan melihat jari - jari tangan Kai yang digenggam Soobin bergerak - gerak. Soobin tidak mempercayainya, apakah Ia tengah bermimpi?!

Sebuah gumaman tidak jelas yang keluar dari bibir Kai menyadarkannya. Dengan cepat tangannya menekan tombol untuk memanggil perawat dan dokter.

"Kai?" Panggil Soobin. Kedua mata Kai terpejam, namun bola matanya bergerak - gerak.

Seperti dalam salah satu mimpi Soobin, kedua mata yang sudah lama terpejam itu perlahan - lahan terbuka. Kedua mata itu menyipit menyesuaikan keadaan sekitarnya yang menyilaukan.

"Tuan, bisa tolong untuk duduk disebelah sana?" Ucap seorang dokter meminta Soobin untuk duduk di sofa yang ada diruang kamar vip itu agar Soobin tidak menghalanginya untuk melakukan pemeriksaan terhadap Kai. Jika itu adalah Soobin yang dulu dia akan murka, namun Soobin yang sekarang mematuhi ucapan dokter itu tanpa berkata apa - apa. Ia duduk disofa dengan gelisah.

Setelah dokter yang menjelaskan kondisi Kai dan meninggalkan Kai dan Soobin, Soobin duduk dikursi yang terletak disamping kasur tempat Kai berbaring.  Tangannya menggenggam erat tangan Kai yang berada diperut Kai. Pandangan Kai beralih dari langit - langit kamar dan memandang Soobin.

"Who are you?" Kalimat pertama yang Soobin dengar setelah hampir satu tahun lamanya Ia tidak mendengar suara lembut Kai. Suara Kai terdengar pelan dan parau. Kalimat itu seolah seperti batu besar yang menghantamnya, hatinya terasa sakit.

"A-aku suamimu, Choi Soobin."

"Choi Soobin? I'm sorry, I can't remember anything, I don't remember you" Ucap Kai pelan. Meskipun dokter sudah menjelaskan pada Soobin bahwa kemungkinan Kai mengalami amnesia akibat luka dikepalanya, namun tetap saja kata - kata yang meluncur dari bibir manis Kai dan  kenyataan bahwa Kai tidak mengingat Soobin membuat hati Soobin sakit.

"Tidak apa - apa. Perlahan - lahan nanti Kau akan mengingat banyak hal lagi." Ucap Soobin sembari mengusap lembut pipi Kai dengan punggung tangannya dengan suara sedikit bergetar.

Mungkin ini adalah hukuman untuk Soobin, untuk segala hal yang pernah Ia lakukan. Namun Soobin juga menganggap ini adalah kesempatan kedua baginya, untuk menorehkan kenangan - kenangan baru bagi Kai. Kali ini Soobin tidak akan menorehkan rasa sakit dan luka lagi, Ia ingin mengisi ingatan Kai dengan hal - hal manis dan indah.

Sekeluarnya Kai dari rumah sakit, mereka tinggal beberapa bulan dikorea hingga kondisi kesehatan Kai membaik. Soobin memutuskan untuk pindah dan menetap di the city of love, Paris bersama Kai. Meninggalkan segala masa lalu kelamnya dan juga pekerjaannya sebagai mafia dikorea.

Kai memejamkan kedua matanya, merasakan hembusan angin malam yang menerpa wajahnya. Saat matanya terbuka, pandangannya disapa oleh pemandangan cantik lampu-lampu rumah dan juga kendaraan. Kai juga dapat melihat menara tinggi yang menjulang yang dihiasi oleh lampu - lampu dari kejauhan, menara Eiffel yang terlihat cantik. Semua pemandangan itu bisa Ia dapatkan dari balkon tempat dimana Kai tinggal. Wajahnya dihiasi oleh senyuman saat Kai merasakan kehangatan yang mendekap tubuhnya dari belakang.

"Bukankah diluar dingin?" Ucap sebuah suara.

"Ya tadinya, sekarang tidak lagi." Ucap Kai sembari menyimpan kedua tangannya diatas sepasang tangan yang memeluk pinggangnya.

Suara tawa yang lembut dan renyah membalas ucapan Kai tadi.

"Aku tidak ingin Kau jatuh sakit karena berdiri diluar lama - lama diudara dingin seperti ini."
Bisiknya ditelinga Kai.

"Aku tidak selemah itu, Kau tau?" Kai membalikkan tubuhnya dan menghadap orang yang memeluknya dari belakang itu, Kai melingkarkan kedua tangannya dileher orang tersebut.

"Lagipula jika aku sakit, ada Kau yang akan merawatku, kan?!" Ucap Kai sembari tersenyum. Orang itu pun tertawa kecil mendengar ucapan Kai.

"I love you, Hueningkai."

"I love you, Choi Soobin."

Merekapun terlarut dalam ciuman yang lembut namun menuntut.



The End.


Akhirnya tamat juga ini buku ya 😂😂

Setelah berbulan - bulan aku memikirkan ending nya harus gimana, sampai umur buku ini sudah 1 tahun lebih. Sorry kalau jelek dan dipaksakan 😂😂🤣🤣🤣

Obsession ~Sookai~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang