Chapter 44

114 27 13
                                    

Bukan Firaun
Chapter 44

Ketika sampai rumah, Hala melihat Abah yang sedang merapikan bibit pohon alpukat. Hala ikut membantu.

Setelah beberapa saat, Hala berkata, "Abah, Nur habis menengok Bang Akmal."

Abah berhenti bekerja dan menatap anaknya.

"Lu masih keras kepala, Nur?" Abah seperti tidak punya energi untuk marah.

"Abah, lupakah Abah dengan kebaikan Bang Akmal? Abah lupakah betapa seringnya Bang Akmal menemani Abah di toko? Lupakah Abah dengan nasi goreng buatannya yang pedas? Lupakah Abah, sering berjalan bersama ke Masjid?"

"Itu semua kan acting, Nur."

"Abah, tidak ada orang beracting hingga berbulan-bulan. Betapa susahnya seperti itu, tidak ada orang yang sanggup. Bang Akmal sungguh menyayangi Nur, dan juga Abah. Bang Akmal memang tahu wajibnya shalat dan dia memang suka ke Masjid. Bang Akmal selalu menghormati Abah dan rela tinggal di sini padahal dia punya rumah besar yang bagus tidak jauh dari sini. Dia berusaha berbuat kebaikan agar kita semua menerimanya. Tegakah Abah membuangnya begitu saja, setelah semua yang dia lakukan?"

Abah terdiam dan mulai lagi menggeser-geser bibit buah.

"Bang Akmal sudah berjanji tidak akan balik ke dunia lamanya, Bah. Dan dia berjanji bukan karena ketahuan. Dia sudah lama bertaubat. Terakhir dia berbuat ya waktu datang ke rumah kita saat kakinya terluka."

"Nur, lu keras kepala banget sih?"

"Abah, apakah Abah yang nyuruh Hasani ngelaporin Bang Akmal soal KTP palsu."

"Iya, Abah yang nyuruh. Gak boleh?" Abah menjawab ketus.

"Apakah Abah yang menyuruh Hasani mengancam Bang Akmal agar menceraikan Nur?"

"Memang sudah seharusnya." Abah semakin marah.

"Berarti Abah tahu di mana Shin sekarang?"

Abah diam saja.

"Bah, di mana Shin?"

Abah tetap diam saja.

Nurhala berdiri.

"Kalau Abah tidak bisa diajak bicara, Nur terpaksa memilih. Nur pilih suami, Bah." Nurhala berjalan menuju keluar.

"Nur! Mau kemana lu?" Abah berteriak.

Di pintu pagar Hala berhenti dan membalikkan badannya.

"Keluar dari rumah dan tinggal sendiri, Bah!"

"Lu ninggalin Abah?"

"Abah meninggalkan Nur."

"Berani ya lu, Nur?"

"Abah, sekarang Nur itu perempuan bersuami. Ketaatan pada suami itu yang utama, bukan ke Abah lagi."

"Bener kata Hasani, Akmal cuma ngerusak lu doang. Dia bikin lu ngelawan orang tua."

"Nur terpaksa Abah. Nur terpaksa memilih. Nur yang kecewa, Abah bekerja sama bersama orang lain nyakitin anak sendiri, nyakitin calon cucu."

"Gua sama Hasani bukan mau nyakitin, tapi mau nyelamatin hidup lu, Nur."

"Hala ngerti Bah, Hala tahu kalian berdua mikirin kebaikan buat Nur. Tapi Nur, pilih percaya kalau Bang Akmal benar mau bertaubat."

"Nur, gua pan malu sama Yana. Masa gua kagak belain dia?" Abah mengeluarkan alasan baru.

"Abah masih menuduh Bang Akmal pelakunya?"

"Shin pelakunya."

"Shin memangnya ngaku?"

Bukan FiraunWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu