Chapter 60

118 24 10
                                    

Bukan Firaun
Chapter 60

Kertas biodata telah dibuat tanpa kebohongan walau tidak sepenuhnya jujur.

Akmal hanya berpesan agar Hasani segera mencari tempat tinggal.

Hasani hooh-hooh aja dan menurut. Tampaknya Hasani memang benar kepingin pulang hanya dia perlu dukungan.

Akmal membawa biodata tersebut ke rumah orangtua Kanayya. Biodata sampai ke tangan Kanayya, setelah itu sampai ke tangan Hala yang membacanya asal saja.

"Kamu benar mau menerima Hasan, Nay?" Hala masih khawatir.

"Yang kita bicarain Hasani ini, Nur! Hasani kan ... ya anti tau sendiri lah hehe." Kanayya malu-malu sambil membantu menjaga Khaulah yang sudah mulai berjalan.

"Hasan emang kenapa? Biasa aja ah dia. Apalagi sekarang futur." ucap Hala gak peduli.

"Anti sih taunya cuma suami anti hehe. Eh beneran gak sih dulu Hasani pacaran sama anti?" Kanayya kepo.

"Enggaklah, bisa dibacok Abah, pacar-pacaran."

"Tapi Hasani kan dulu suka sama anti ya? Ah ana jadi cemburu. Ana kan gak secantik anti." Kanayya cemberut.

"Gak salah kamu, Nay? Saya itu sering dibilang kayak orang sakit. Cantikan anti lah ke mana-mana. Tuh Olil kan suka sama anti. Mending sama Olil aja!" Bujuk Hala sambil mengalihkan pembicaraan.

"Olil? Ah masa?" Kanayya baru tahu.

"Aduh, saya bukannya mau ember. Tapi kata suami saya, Olil sepertinya ada rasa juga. Cuma karena belum lulus kuliah jadi masih nunggu. Sama kok kayak kamu, lagi skripsi sekarang."

Kanayya termangu tidak bereaksi.

"Gimana? Kalau mau nanti biar saya dan suami yang nyomblangin. Olil kan sholeh, Nay!"

"Kok kesannya kayak ana yang mulai duluan?" Kanayya mengerutkan jidat.

"Ya enggak dong, cuma Olil perlu disemangatin kan?"

"Tapi kan ... " Kanayya mau bilang cakepan Hasani tapi malu.

"Saya bilangin Bang Akmal ya?" Hala mengambil hape-nya.

"Eh jangaaaan! Emang kenapa sih Hasani? Anti kok kayak gak setuju banget?" Kanayya mengambil Khaulah dan menggendongnya.

"Saya takut anti kecewa, Hasan sekarang itu akhlaknya menurun. Nanti anti capek loh punya suami yang begitu."

Kanayya menyerahkan Khaulah ke Hala.

"Ana pulang ya?" Kanayya mengambil lembaran biodata dan berjalan menuju pintu kamar.

"Nay! Nay! Kamu marah?" Hala memanggilnya.

Kanayya memakai cadarnya lalu berucap, "ana merasa anti kelewatan, anti memang lupa siapa suami anti tadinya? Bukannya ana mau menghina, tapi buruk mana Hasani dengan suami anti dulu?" ucap Kanayya pedas.

"Astaghfirullah." Hala memegang dadanya.

"Afwan, Nur! Demi Allah ana bukan mau menghina Bang Akmal. Tapi kenapa kesannya Hasani buruk banget ya? Sampai-sampai ana dihalang-halangi untuk ta'aruf dengannya."

"Ya Allah, Nay! Bang Akmal sudah bertaubat dan dia membuktikan taubatnya. Tapi awal-awal itu berat sekali pernikahan kami. Walau bagaimana pun suami saya itu berbeda dari ikhwan yang terjaga semenjak kecil. Saya hanya tidak mau anti mengalami apa yang saya lalui."

"Hasani bukan penjahat! Dia cuma futur aja! Jangan samakan dengan suami anti!" Kanayya kehilangan pengendalian diri.

"Kalau anti bisa menghina Hasani, jangan marah kalau ana balikin." Kanayya sudah mulai bucin.

Bukan FiraunDonde viven las historias. Descúbrelo ahora