Chapter 34

108 24 23
                                    

Bukan Firaun
Chapter 34
Honey

Hasani mengantarkan makanan ke rumah Hala untuk Akmal atas suruhan bunda. Nurhala bilang suaminya masih belum berangkat kerja.

Alasan bunda, agar hubungan kekerabatan mereka lebih baik. Walau bagaimana pun mereka akan menjadi keluarga dalam waktu dekat.

Hasani menuruti bunda. Dia juga ingin memberikan kesan baik ke Nurhala kalau dia sudah move on.

Hasani masuk ke halaman rumah, pagar tidak terkunci. Ketika akan mengetok pintu, Hasani melihat beberapa buah apel terjatuh dari box buah. Wah tumben-tumben Pak Haji menaruh box yang masih terisi di luar rumah? Hasani memunguti apel-apel itu dan merapikannya.

Pintu terbuka, terlihat Akmal sibuk menelepon sambil mengunci pintu. Akmal tidak melihat kehadiran Hasani.

"Eh lo di mana? Ayo kita bahas lagi mau usaha apa!" Akmal fokus menelepon.

Hasani terdiam jadi mendengarkan.

"Sibuk? Sibuk apaan sih lo?" Akmal berdiri menghadap pagar memunggungi Hasani.

"Shiiiiin! Lo marah sama gue? Ow come on? Lo gampang banget marah sekarang."

"Gue bukannya gak mikir, tapi kan mulai usaha itu susah. Gue juga gak mau salah langkah. Entar hilang semua duit gue gimana?"

"Shiiiin!" Akmal terlihat kesal, lalu berjalan menuju pagar. Hasani bengong sesaat, galau kudu memanggil Akmal atau gimana.

Dilihatnya Akmal telah berjalan meninggalkan pintu pagar.

Hasani buru-buru lari mengejar. Pagar keburu terkunci. Dia loncat lewat tembok. Untung gak ada yang liat.

Hasani lari menuju rumah ikhwan B yang dekat dari situ.

"Badran! Pinjem motor cepet!" Hasani berteriak. Badran yang lagi nyuci motor kaget.

"Lah..."

"Cepet, cepet! Penting banget!"

Badran buru-buru menyerahkan kunci motornya, Hasani memakai helm lalu melarikan motor basah yang masih ada busa sabunnya tanpa berpamitan.

Akmal baru aja meninggalkan parkiran dengan Camry hitam-nya. Hasani mengikuti hingga sampai di sebuah rumah besar. Dia melihat Akmal memasuki gerbang. Hasani turun dari motor dan mengintip,  itu mobil Shin atau Shawn ya?

Hasani jadi penasaran. Dia pernah beberapa kali melewati ruko Akmal, Abah yang memberi tahu. Ruko itu selalu sepi seperti tidak ada orang.

Ahsan dan Badran katanya juga cuma dijanjikan kerjaan aja, namun sampai sekarang belum ada realisasinya.

Hasani melihat Akmal mengambil sesuatu dari bagasi mobil. Dia tidak bisa melihat dengan jelas. Hasani celingak celinguk melihat keadaan. Di pinggirkan motornya ke tembok. Lalu dia loncat dari situ.

"Daaar!" Terdengar suara meletus. Apa itu?

Hasani jantungnya dug-dugan, campuran antara merasa bersalah, penasaran dan takut dosa. Dia memfoto rumah tersebut. Lalu mengirimkan ke ikhwan B, dengan pesan, "jalan Durian, Jagakarsa."

Hasani mengendap-ngendap ke dalam ingin melihat apa yang terjadi.

Kaget sekali dia melihat Akmal menodongkan pistol? Pistol? Iya itu pistol. Hasani mulai gemeteran.

"Jangan deket-deket! Gue benci pengkhianat! Lo bawa orang ke rumah gue? Shin, lo bukan partner gue lagi mulai sekarang!" Terdengar suara teriakan akmal.

Hasani meringkuk di balik semak-semak antara ketakutan namun juga kaget mendengar kata-kata Akmal. Partner? Rumah gue? Katanya rumahnya di Bekasi?

"Ini semua gara-gara lo juga, Yarooo! Lo berubah! Gue terpaksa melakukan ini. Duit gue hampir habis dan gue harus move on. Gak bisa gue nungguin elo terus yang gak jelas maunya ngapain." Terdengar Shinichi balas teriak.

Bukan FiraunWhere stories live. Discover now