Chapter 06

150 25 6
                                    

Bukan Firaun
Chapter 06

Hasani selama ini beraktifitas seperti biasa. Selain ngambek, dia juga sibuk belajar untuk ujian akhir tengah semester. Semenjak ngebet nikah, Hasani juga ngebet pingin buru-buru lulus. Makanya dia sangat giat belajar.

Hasani berharap Nurhala datang ke rumahnya, namun Nurhala tidak kunjung datang.

Hasani mulai berpikir ulang. Apakah Nurhala benar-benar gak ada rasa ke dia?"

Buku-buku dihadapannya berserakan. Hasani tidak juga bisa konsentrasi. Dia masih sakit hati setiap teringat kejadian terakhir.

Di depan cowok lain, Nurhala mempermalukannya. Nurhala juga menerima emas dari cowok itu.

Hasani menyobek selembar kertas, meremasnya lalu melemparnya ke dinding dengan geram. Sudah banyak gumpalan kertas yang bertebaran di lantai.

Sudah dua pekan dia ngambek, sengaja memblokir nomor WA Nurhala. Tapi gadis yang dia sangka calon istri itu tak kunjung datang ke rumahnya.

Iya sih Nurhala hampir gak pernah datang ke rumah, kecuali Bunda-nya yang meminta.

Jahat sekali Nurhala dengan dirinya. Padahal kurang apa selama ini dia memberikan perhatian? Menjaganya dari cowok-cowok gak beres di sekolah.

Hasani selalu membantu Nurhala dalam pelajaran. Hasani membelanya ketika Nurhala di bully kakak kelas. Hasani pernah menonjok teman sekelas yang menarik jilbab Nurhala.

Tapi Hasani memang belum pernah memberikan perhiasan. Apa Nurhala maunya benda berharga seperti itu?

Hasani mengambil hape-nya dan mengecek saldo tabungannya.

Lumayan ada beberapa belas juta.

Apa dia beliin Nurhala cincin ya? Hasani mulai memikirkan kemungkinan itu.

Hasani lalu teringat deretan gelang, cincin dan kalung yang menggantung di khimar Nurhala.

Hampir saja Hasani melempar hape di tangannya, namun Hasani masih ingat kalau dia bukan konglomerat.

Gimana sebuah cincin bisa mengalahkan semua emas itu?

Siapa sih cowok itu? Nurhala kenal dimana cowok item kumisan seperti itu?

Hasani berdiri dan memakai celana panjangnya lalu meninggalkan kamarnya.

Dia harus mendatangi Nurhala untuk meminta kejelasan.

Hasani berjalan menuju rumah Nurhala dengan perasaan campur aduk.

Sampai depan halaman belakang rumah Nurhala, dia melihat Abah sedang berbincang-bincang dengan seseorang.

"Assalamualaikum Pak haji." Hasani masuk karena pintu pagar terbuka.

"Waalaikumussalam warahmatullah, bentaran yak!" Abah meminta Hasani menunggu.

Hasani duduk di atas box buah kosong sambil melirik cowok bergamis yang sedang ngobrol dengan Abah.

"Jadi totalnya empat juta, Nak." Abah berkata.

Ikhwan tersebut mengeluarkan duit dari sakunya, bukan dari dompet. Tumpukan uang baru tebal. Dia menghitung lalu menyerahkan ke Abah.

"Nanti biar ana ambil aja! Jadi Abah gak perlu repot mengantarkan."

Hasani melirik ikhwan tersebut sebal, manggilnya Abah? Dia aja manggilnya Pak Haji.

"Banyak loh ini 20 keranjang." Abah mengingatkan.

"Rumah ana di depan situ kok, nanti biar ana sama adik ana yang ambil kalau sudah siap."

"Buat besok kan? Insyaa Alloh jam 10 juga sudah jadi."

Bukan FiraunWhere stories live. Discover now