Chapter 85

94 25 40
                                    

Bukan Firaun
Chapter 85

Hasani keluar dari toilet sambil mengeluh, "cuma makan buah aja sih sakit perut jadinya neh."

"Masa? Ana gak kenapa-kenapa."

"Lainlah, perut lu kan rakyat jelata, kalau gua perut bangsawan."

"Cari ikan sana!" usul Akmal sambil rebahan di sofa.

"Gimana caranya?"

"Heran ana, antum anak kampung, tapi apa-apa gak bisa."

"Anak kota gua mah." Hasani akamsi rasa kota.

Mereka pun keluar villa lagi. Sebisa mungkin menghabiskan waktu di pantai untuk mencari kapal lewat.

Akmal dan Hasani tidak memakai kaosnya, berjaga-jaga agar tidak basah dan kotor.

Di pinggir laut, Akmal menatap kejauhan.

"Ana memang anak gunung, tapi tidak setangguh itu juga untuk bisa bertahan hidup di alam liar tanpa makanan." Akmal terus terang.

"Gila mereka, masa kita ditinggal gitu aja? Paling juga bentar lagi dijemput ya?" Hasani berharap.

"Ya kita tunggu aja. Memang sih kalo cuma prank-prank-an biasa begini. Tapi keadaan sudah gak sama seperti dulu." Akmal merenung.

"Jadi bener nih kalau Nur ngijinin kita temenan?" tanya Hasani memastikan.

"Sudah ana berusaha yakinkan setelah antum pergi."

"Waktu itu lu rese banget, Mal!"

"Ya antum juga sama, bergenit-genit sama istri ana."

"Hah? Gua gak terima ya! Baik secara amalan hati ataupun amalan dzahir, gak ada genit-genitnya gua. Nur juga sama. Dia bahkan nasihatin gua baik-baik. Lu aja error waktu itu." Hasani ngomel.

"Tapi nada suara antum genit. Haha hehe depan ana. Shin juga sama."

"Ya ampun, Mal. Perasaan lu doang kali waktu itu. Eh tapi iya sih lu dicuekin sama si Nur wkwk."

"Ah sudahlah, jangan diungkit lagi! Yang penting gimana menyelesaikan masalah selanjutnya. Kepala ana penuh masalah, harus dirunut satu-satu." Akmal mengambil sebuah dahan panjang dan menulis sesuatu di pasir, Hasani menyipitkan mata ikut membaca.

"Lu nulis apa sih? Kok gak kebaca?" Hasani memiringkan kepalanya bingung.

"Satu, bagaimana cara pulang? Dua, bagaiman cara mengambil foto masa lalu dari Key Bi. Tiga, peledakan di beberapa tempat." Akmal membacakan. Hasani langsung merebut dahan dari tangan Akmal dan menuliskan sekali lagi.

"Nah kan mendingan begini? Tulisan tadi kesannya kayak dokter aja lu."

"Harap maklum, ana hanya lulusan SD." jawab Akmal kalem.

"Eh busyet, masih ada orang gak sekolah di jaman ini?" Hasani terheran-heran.

"Ada, ana. Okay, coba antum punya solusi gak?" Akmal bertanya.

"Cara pulang, ya paling nunggu pertolongan dari Allah, soal foto, kita masuk aja ke rumah Katya, nah soal peledakan, gua gak ngerti maksud lu apa?"

"Antum memang gak denger kemarin meetingnya? Pacaran mulu sih."

"Enak aja, gua dengerin. Tapi memangnya kenapa?"

"Antum gak ngerti memangnya kalau project Borya potential memfitnah agama kita? Meledakkan rumah ibadah selain Islam. Siapa yang bakal kena kalau hal itu terjadi? Ana juga heran, antum kok mau-mauan ikut cuma demi cewek." Akmal mendesis kesal.

Bukan FiraunWhere stories live. Discover now