Chapter 53

180 22 21
                                    

Bukan Firaun
Chapter 53

Semuanya tentu saja segera meninggalkan tempat kejadian sebelum polisi datang.

Sekali lagi Akmal membonceng Hasani, namun kali ini tidak kembali ke tempat mobilnya diparkir, Akmal membawa Hasani ke rumahnya di jalan Durian.

"Mau ngapain ke sini?" Hasani berkata dari belakang.

"Ikut aja!" jawab Akmal.

Motor memasuki halaman. Akmal menarik Hasani turun dan menyeretnya ke samping. Rumah itu walau tidak ditempati namun masih terawat. Kolam renang pun masih terisi air. Akmal menggeledah dan menemukan pistol di pinggang Hasani.
Diambilnya pistol itu lalu dilempar Hasani ke dalam kolam.

Hasani muncul kepalanya dari air sambil ketawa-ketawa, "ngajak berenang malam-malam, Mal? Wkwk."

"Borya dan Katya tidak pernah mengajarkan hal seperti itu! Mereka berdua profesional yang hanya akan berbuat demi pekerjaan. Antum nembakin orang buat bersenang-senang? Are you insane?" Akmal teriak dari pinggir kolam renang. (Apa antum sudah gila?)

"Wkwk, memangnya kenapa kalau mereka ditembakin? Mereka kan cuma sampah masyarakat. Lagian gak mati ini, gua cuma nembakin kaki aja." Hasani mengambang sambil berkata santai.

"Tadi di sana itu rame, Vladislav! Gimana kalau antum salah bidik dan ada yang mati?" Akmal menekan nama baru Hasani.

"Mati juga biar aja, berkurang satu hama kan? Orangtua mereka terbebas dari anak gak berguna yang bisanya cuma morotin duit. Cewek-cewek terbebas dari sperma-sperma tak bertanggung jawab, wkwk."

"Astaghfirullah." Akmal tak bisa berkata-kata.

"Join sini, Mal! Ayo berenang!"

"Naik!" Akmal memberi perintah, Hasani berenang ke pinggir lalu naik.
Dengan cepat Hasani gantian mendorong Akmal nyebur ke kolam.

"Yang adil dong! Masa gua doang yang basah? Untung dompet gua tinggal di mobil, wkwk."

Akmal berkata dari dalam kolam, "Has, apakah antum sudah lupa sama sekali dengan agama? Apakah antum tidak ingin menjadi anak sholeh buat Ibunda Rahimahullah?"

Hasani jongkok di pinggir kolam, menjawab dingin, "jangan ngajarin gua soal agama! Jangan sok tahu soal Bunda gua! Gak usah pura-pura peduli!"

"Ya Allah, Has! Ana gak pura-pura peduli. Ana merasa beban melihat antum seperti ini. Ana merasa telah menyesatkan antum."

"Terus lu mau apa? Maksa gua jadi bego kayak dulu lagi? Maksa gua ngeliat kemenangan lu setiap hari? Maksa gua nerima semuanya? Gampang kalau ngomong doang, Mal!"

"Antum sebenarnya datangin ana untuk apa? Tadi Hala bilang antum godain dia. Antum masih belum ikhlas, Hala jadi istri ana?"

"Kalau gua bilang belom terus lu mau apa?"

"Jadi mau antum apa?"

"Gak mau apa-apa. Gua aja heran ngapain lu nawarin gua kerja? Ngapain kita ke sini? Mau ngajak berenang?"

"Kembali, Has! Please, kembali, Has!"

"Gua juga pingin banget kembali, ke masa di mana elu gak ada. Di masa ketika gua masih bisa ngobrol dengan Nur. Gua juga pingin kembali ke masa di mana Bunda nungguin gua di rumah dengan semua masakannya yang enak. Kalau lu bisa balikin, dengan senang hati gua mau kembali."

"Semua itu sudah takdir, Has! Waktu tidak bisa diputar balik. Yang pergi sudah tidak bisa kembali lagi."

"Kalau begitu, gua begini juga sudah takdir."

Bukan FiraunWhere stories live. Discover now